Lihat ke Halaman Asli

Sesal

Diperbarui: 8 Mei 2021   13:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

by Canva

"Hei, kamu!"

Merasa hanya ada dirinya yang berada di depan rumah nomor 45, anak kecil itu lari kencang menghindari kejaran pemilik rumah.

Diana yang berusaha mencegah, tidak berhasil menghentikan laju lari si anak perempuan barusan. Kepalanya celingukan memindai empat gang yang berada di 4 arah tempatnya berdiri ini.

"Ke mana anak itu? Cepat sekali larinya!" Diana menyeka peluh yang terbit di keningnya. Kerudung hitam yang menutupi kepalanya disibak ke belakang, lalu langkahnya mundur meninggalkan perempatan menuju blok A.

Dalam hati Diana bertanya, mengapa anak itu mengutip sisa makanan dan memakannya sambil berdiri? Dia tidak membawa karung seperti yang basa dibawa para pemulung. Berarti anak tadi tidak puasa? Kecamuk hati dan pikirannya sedang saling dukung menciptakan kesimpulan. Analisisnya buyar ketika Ais--adiknya--mengejutkannya.

"Mbak Di dari mana? Kok bengong?"

"E ... itu, tadi ada anak pemulung, ngorek-ngorek sampah. Trus dia makan sisa ayam tepung punya kamu semalam."

"Terus?"

"Ya, Mbak mau nanya kenapa makan, makanan sisa di tempat sampah lagi."

"Dia ke mana sekarang?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline