Lihat ke Halaman Asli

Rina R. Ridwan

Ibu yang suka menulis

Virus Itu Bernama Panleukopenia

Diperbarui: 18 Oktober 2020   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi pribadi

Dalam dua hari ini, saya kehilangan dua anak kucing yang sudah menjadi keluarga kami, Bogum dan Woobin namanya. Bagi para pecinta hewan, tentu tahu bagaimana rasanya. Sementara yang bukan, menganggap kematian hewan sebatas kematian biasa, bahkan dianggap alay bila menyaksikan kami menangis sedih.

Selama ini, kucing di rumah mati karena faktor umur, dan luka akibat berkelahi yang parah. Baru kali ini kami harus menyaksikan mereka meregang nyawa akibat wabah Feline Panleukopenia Virus (FPV). Virus yang sangat agresif menyerang. Merusak saluran pencernaan, sumsum tulang, dan kelenjar pertahanan tubuh. Tepatnya menyerang leukosit pada sistem kekebalan tubuhnya.

Kucing yang dikenal sebagai hewan solitaire, suka kebersihan, sangat rentan terhadap virus yang medium penularannya dari air liur, muntahan, dan feses. Selain itu, penularan juga bisa terjadi saat pemilik memegang kucing yang sakit lalu memegang kucing lain yang masih sehat. Itulah mengapa, kucing yang sakit harus diisolasi di ruangan yang terpisah.

Biasanya, setiap kali saya membuka lemari es, semua berkumpul tanpa dipanggil dan melakukan paduan suara, bahkan berusaha memanjat di kaki saya. Mereka tahu, bahwa saya akan  membuka makanan kaleng kesukaannya. Tetapi pagi itu, salah satu dari mereka tak peduli, dan hanya menatap dari kejauhan.

Ternyata itu menjadi awal salah satu gejalanya. Kemudian kucing mulai muntah, dan tak lagi mau membersihkan badannya sendiri. Membuat bulunya menjadi kusam. Pada kucing yang sehat, dia rajin grooming badan sendiri. Gejala lainnya adalah bau mulut dan bau badan yang kurang sedap. Saya tetap bersihkan perlahan-lahan.

Mengunjungi dokter adalah hal yang tak bisa ditawar lagi. Dan ketika dinyatakan kena virus ini, yang di rumah langsung kami isolir di kandang yang sudah dibersihkan dan disemprot disenfektan. Dokter memberikan infus juga suntikan. Bahkan harus rawat inap. Sayangnya, saat yang satu sudah positif kena, ternyata yang lain mulai menunjukkan gejala yang sama.

Ada antibiotik yang harus diminum. Semua makanan dan obat hanya bisa diberikan dalam bentuk cairan. Yang tak boleh diabaikan juga, kucing mengalami stress dan depresi, hingga kita tetap harus memberi perhatian dan kasih sayang selama dia sakit.

Dokter mengatakan bila masa inkubasi virus adalah selama 14 hari dengan masa penyembuhan selama lima hari. Yang tak terlupakan adalah ketika tiba-tiba saja kucing suka duduk diam di dekat tempat airnya. Menurut yang saya baca dia mencari tempat yang sejuk dikarenakan suhu badannya yang tinggi, juga karena stress dan depresinya.

Ketika si Bogum di tahapan itu tengah malam, hati saya sudah tak keruan. Saya menjaga dan terus berusaha membuatnya nyaman, sembari terus memberinya cairan pendukung. Dia juga sudah tak mampu menahan poopnya, hingga bercecer kamana-mana. Saya langsung bersihkan. Sampai akhirnya siang itu, dia sudah tak mampu bertahan. Bogum pergi dalam pelukan saya usai memberikan cakaran terakhirnya di lengan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline