Lihat ke Halaman Asli

Rina Darma

Ibu Rumah Tangga

"Dulag", Tradisi Membangunkan Sahur ala Bandung

Diperbarui: 5 Juni 2018   14:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Sahur... sahur...

Enggal - enggal sahur,

Bilih kaberangan...

Ajakan untuk bangun sahur dinyanyikan. Ada yang memegang toa kecil. Ada yang menabuh gendang. Kadang juga galon kosong yang dibalik. Namanya juga anak kecil. Ada pasukan penggembira yang turut di belakang. Kelompok pembangun sahur di Kopo Kota Bandung tempat aku tinggal tersebut terdiri dari puluhan anak hingga remaja. 

Di Pasirluyu daerah Buah Batu masih Kota Bandung, rumah Abah (mertua) dulag lebih cetar. Mereka menggunakan microphone. Lengkap dengan roda yang mengangkut speaker. Ada juga yang memikul gong. Tak ketinggalan alat musik lainnya. Yang terdengar adalah alunan nyanyian musik Sunda bukan teriakan sahur.

Jika rombongan dulag ini datang, warga yang tinggal di sekitarnya berlarian menuju sumber suara, termasuk aku yang waktu itu masih serumah dengan Abah. Dengan menggendong sulung untuk menonton. Sebelum akhirnya memasak dan bersantap sahur.

Siapa sih yang tidak akan kebangun jika gong dipukul. Sampai jarak berpuluh meter pun warga akan mendengar. Sesekali mereka akan berhenti di kerumunan warga untuk menari. Kadang ada yang berdandan ala pocong. Ada juga yang membawa kardus untuk meminta sumbangan. Sudah layaknya seniman jalanan.

Lihat dulu video dulag versi Pasirluyu, yuk!

Kalau di Kopo pasukan pembangun sahur hanyalah anak-anak kecil, di Buah Batu ini didominasi pemuda dewasa dan ada orang tuanya. Namun, seolah memiliki daya magis bagi anak-anak untuk membuntuti termasuk anakku yang waktu itu berumur kurang dari dua tahun. Selalu minta mengikuti di belakang rombongan.

Uniknya, dulag-dulag tersebut konsisten sepanjang bulan puasa. Meskipun menjelang akhir Ramadhan akan berkurang personilnya tapi tak mengurangi semangat dulag itu sendiri. 

Dulag di Bandung ini memberi warna lain pada Ramadhanku. Sebab, di desaku di Klaten. Tidak ada hal semacam ini. Seingatku untuk membangunkan sahur hanya oleh takmir masjid lewat pengeras suara yang memberi tahu jam dan kapan imsak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline