Lihat ke Halaman Asli

Rifki Feriandi

TERVERIFIKASI

Open minded, easy going,

Uniknya Rumah Betang dan Nenek Penganyam Tikar Berusia 100 tahun

Diperbarui: 10 November 2018   15:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan tatapan aneh anak kecil, penulis berpose di depan Rumah Betang (Foto: Rifki Feriandi)


Bingung mengisi Libur Akhir Tahun? Bosen Libur Awal Tahun ke Tempat Wisatamainstream? Gak usah ke luar negeri. Wisata Indonesia saja.  Indonesia itu indah. Ya alamnya, ya kulinernya, ya keramahannya, ya budaya dan adatnya. Apalagi wisatanya yang tidak biasa. Wisata interaksi sosial, wisata interaksi personal. Akan lama terkenang.

Itu yang saya alami. Pegipegi a.k.a jalan-jalan yang selalu terkenang. Di long weekend saat itu. Tahun 2015.

Mataso, sebuah awal menuju Desa Menua Sadap

Ornamen tradisional di sudut Dusun Sadap [Foto: Rifki Feriandi]

Tujuan utama perjalanan lima hari itu adalah bekerja sebagai relawan di acara komunitas sosial 1n3b dalam bentuk pendirian rumah baca di satu dusun persilangan komunitas tiga etnis Dayak. Lokasinya di Desa Mataso, Kapuas Hulu, Kalimantan Utara. Taman Nasional Betung Kerihun.

Desa ini saat itu dicapai dengan pesawat dari Jakarta-Pontianak disambung Pontianak-Putussibau. Pesawat menuju Putussibau tersedia tiap hari. Jangan khawatir. Cek saja Pegipegi.com.

Dari Putussibau, kita menggunakan moda roda empat. Meski ada angkutan bis umum, karena mengangkut logistik dan rombongan, maka saya menggunakan mobil carteran.

Rumah Betang itu

Hari ketiga, sehari setelah acara relawan selesai, kami lalu menuju Desa Menua Sadap. Tidak terlalu jauh sih dari Mataso dengan kendaraan roda empat. Tujuannya sebenarnya adalah ke tempat perahu panjang tertambat. Tetapi, kami mampir ke tempat tinggal pemandu kami, Jang Umpor. Ternyata dia tinggal di Rumah Betang.

Tumpukan kayu bakar yang akan disimpan di kolong | Foto: Rifki Feriandi

Rumah Betang adalah rumah tradisional suku Dayak. Disebut juga sebagai rumah panjang, karena memang bentuknya yang panjang. Sepintas rumah itu seperti beberapa rumah terpisah yang saling menempel. Seperti perumahan kopel gitu.

Rumah Betang yang dikunjungi adalah rumah keluarga yang ditempati masyarakat. Bukan rumah yang dibuat khusus untuk wisata. Jadi bentuknya pun sederhana sekali. Berdinding papan beratap seng. Yang menarik saat pertama kali melihat adalah rumah ini bergaya panggung, dengan tangga kayu kecil. Di bawah panggung itu digunakan sebagai tempan menyimpan kayu bakar. Beberapa kali terlihat anjing-anjing hilir mudik di bawahnya.

Teras yang tanpa sekat, membuat menyatu | Foto: Rifki Feriandi

Saat menaiki tangga, saya dibuat kaget. Karena, rumah ini unik. Memiliki teras yang tidak bersekat. Dari 'rumah' di ujung sini sampai 'rumah' di ujung sana. 'Rumah' dalam tanda kutip adalah bentuk atapnya yang seperti rumah terpisah. Ada sekitar lebih dari sepuluh 'rumah' dalam Rumah Betang ini. Di atas teras itu terlihat ada kursi panjang (dipan) dan sejenisnya. Beberapa ibu terlihat menggendong anak-anak bayinya sedang berkumpul. Mereka menyapa ramah, meski mungkin ada rasa heran dengan kedatangan kita.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline