Lihat ke Halaman Asli

Rifka Nurohma

Kompasioner

Lapar Akar Kriminal

Diperbarui: 22 Mei 2020   01:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Borneo24.com

Permasalahan covid-19, tidak ada henti-hentinya untuk dibahas. Begitu banyaknya permasalahan yang ditimbulkan, dari masalah biologis, sosial, politik, hingga ekonomi. Semua sektor kehidupan, turut merasakan imbasnya. Penyebarannya yang tak terkontrol, mempersulit pemerintah dalam menanganinya. Semua pihak mengalami kerugian besar. 

Dari masyarakat kelas paling atas, hingga masyarakat kelas bawah. Banyak kebijakan yang dikeluarkan agar bisa menekan penyebaran virus. Salah satunya adalah pemberlakuan bekerja dari rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah.  ini, semua tentu menuai pro dan kontra. Karena, bagaimana nasib mereka yang hanya mengharapkan penghasilan sehari-hari untuk hidup. Inilah kenapa masyarakat kelas bawah yang paling merasakan dampak pandemi ini. 

Tak sedikit juga karyawan yang di PHK karena perusahaan mengalami kerugian besar dan sudah tidak mampu menggaji karyawannya. Semasa pandemi juga, banyak napi yang di bebaskan. Hasilnya, pengangguran meningkat, kelaparan mulai terjadi, berbuat kriminal adalah jalan pintasnya. 

Meskipun pemerintah telah menggelontorkan sejumlah dana untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, tapi itu belum bisa memenuhi kebutuhan semua masyarakat, terlebih jika ada yang salah sasaran.

Saat menjelang Ramadhan, ada beberapa daerah yang tingkat kriminalitasnya meningkat. Ini terjadi bukan karena tanpa sebab. Bukan karena kebiasaan, bukan juga karena masyarakat yang kesadaran normanya kurang. Tetapi, kriminalitas kembali banyak terjadi, karena tingkat kemiskinan mulai melonjak. 

Tak sedikit yang merasakan kelaparan. Sebagaimana menurut Robert Merton, "pada dasarnya, semua individu memiliki kesadaran hukum, dan taat pada hukum yang berlaku. Namun, pada kondisi tertentu (adanya tekanan besar), maka memungkinkan individu untuk melakukan kejahatan". Juga dalam teori frustrasi agresi klasik, yang dikemukakan oleh Dollar dkk (1939) dan Miller (1941) bahwa orang yang frustrasi bisa melakukan kompensasi dengan jalan agresi, kekerasan dan kejahatan. 

Pelaku kejahatan, tentu lebih takut mati kelaparan, daripada takut terinfeksi virus itu. Para pelaku itu, hanya mencoba untuk bertahan hidup di tengah krisis ini, meskipun dengan jalan yang (menurut norma) salah.

Jauh sebelum pandemi, kasus kriminalitas memang sudah banyak. Dan memang umumnya dilakukan oleh mereka yang tidak bisa mencari nafkah, padahal mereka harus bertahan hidup. Dan pada saat pandemi ini datang, kasusnya semakin bertambah. Terlebih, banyaknya napi yang di lepaskan saat pandemi ini. 

Jadi, tidak heran kriminalitas terus meningkat. Ini juga yang akan membantu penyebaran virus corona. Karena pemerintah sudah menghimbau untuk tetap berada di rumah saja, ini agar persebaran virus ini dapat di tekan. Kapasitas tenaga medis juga terbatas. 

Agar semua yang terinfeksi bisa di tangani, semua orang harus membantu dalam pemutusan rantai penyebaran virus ini. Tapi, apa kabar mereka yang tidak memiliki apa-apa, yang menggantungkan hidupnya dari setiap upah hariannya. Hasilnya, kelaparan berimbas pada kriminalitas

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline