Mohon tunggu...
Rifka Nurohma
Rifka Nurohma Mohon Tunggu... Lainnya - Kompasioner

Mahasiswa Universitas Negeri Makassar

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Lapar Akar Kriminal

22 Mei 2020   01:32 Diperbarui: 22 Mei 2020   01:24 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Permasalahan covid-19, tidak ada henti-hentinya untuk dibahas. Begitu banyaknya permasalahan yang ditimbulkan, dari masalah biologis, sosial, politik, hingga ekonomi. Semua sektor kehidupan, turut merasakan imbasnya. Penyebarannya yang tak terkontrol, mempersulit pemerintah dalam menanganinya. Semua pihak mengalami kerugian besar. 

Dari masyarakat kelas paling atas, hingga masyarakat kelas bawah. Banyak kebijakan yang dikeluarkan agar bisa menekan penyebaran virus. Salah satunya adalah pemberlakuan bekerja dari rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah.  ini, semua tentu menuai pro dan kontra. Karena, bagaimana nasib mereka yang hanya mengharapkan penghasilan sehari-hari untuk hidup. Inilah kenapa masyarakat kelas bawah yang paling merasakan dampak pandemi ini. 

Tak sedikit juga karyawan yang di PHK karena perusahaan mengalami kerugian besar dan sudah tidak mampu menggaji karyawannya. Semasa pandemi juga, banyak napi yang di bebaskan. Hasilnya, pengangguran meningkat, kelaparan mulai terjadi, berbuat kriminal adalah jalan pintasnya. 

Meskipun pemerintah telah menggelontorkan sejumlah dana untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, tapi itu belum bisa memenuhi kebutuhan semua masyarakat, terlebih jika ada yang salah sasaran.

Saat menjelang Ramadhan, ada beberapa daerah yang tingkat kriminalitasnya meningkat. Ini terjadi bukan karena tanpa sebab. Bukan karena kebiasaan, bukan juga karena masyarakat yang kesadaran normanya kurang. Tetapi, kriminalitas kembali banyak terjadi, karena tingkat kemiskinan mulai melonjak. 

Tak sedikit yang merasakan kelaparan. Sebagaimana menurut Robert Merton, "pada dasarnya, semua individu memiliki kesadaran hukum, dan taat pada hukum yang berlaku. Namun, pada kondisi tertentu (adanya tekanan besar), maka memungkinkan individu untuk melakukan kejahatan". Juga dalam teori frustrasi agresi klasik, yang dikemukakan oleh Dollar dkk (1939) dan Miller (1941) bahwa orang yang frustrasi bisa melakukan kompensasi dengan jalan agresi, kekerasan dan kejahatan. 

Pelaku kejahatan, tentu lebih takut mati kelaparan, daripada takut terinfeksi virus itu. Para pelaku itu, hanya mencoba untuk bertahan hidup di tengah krisis ini, meskipun dengan jalan yang (menurut norma) salah.

Jauh sebelum pandemi, kasus kriminalitas memang sudah banyak. Dan memang umumnya dilakukan oleh mereka yang tidak bisa mencari nafkah, padahal mereka harus bertahan hidup. Dan pada saat pandemi ini datang, kasusnya semakin bertambah. Terlebih, banyaknya napi yang di lepaskan saat pandemi ini. 

Jadi, tidak heran kriminalitas terus meningkat. Ini juga yang akan membantu penyebaran virus corona. Karena pemerintah sudah menghimbau untuk tetap berada di rumah saja, ini agar persebaran virus ini dapat di tekan. Kapasitas tenaga medis juga terbatas. 

Agar semua yang terinfeksi bisa di tangani, semua orang harus membantu dalam pemutusan rantai penyebaran virus ini. Tapi, apa kabar mereka yang tidak memiliki apa-apa, yang menggantungkan hidupnya dari setiap upah hariannya. Hasilnya, kelaparan berimbas pada kriminalitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun