Lihat ke Halaman Asli

Balada Senja Muram

Diperbarui: 19 September 2019   12:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber ilsutrasi: pixabay

muram, senja teramat kejam disungkup kelam
ada lelaki-perempuan yang mengutuk karya Tuhan
seperti jejak yang menggenapi air
menggenapkan basah pada sepatu hak tinggi
dan sepatu sendal
seperti bersikejaran dengan tempias dari roda
percikan dari payung yang membuka
kemudian mengatup

lelaki-perempuan mengurut tangan
merasakan lelah yang tumpas di mulut
sebuah kedai mengaut mereka
dari jalanan basah
senja yang muram, kelam

adakah secangkir teh hangat beradu roti
berisi kismis?

adakah secangkir kopi beradu gorengan
kentang iris?

lelaki-perempuan mengutuk senja yang tak pulang
hujan menjadi tiang penghalang dari ujung
kesibukan
mengutuk berkali-kali karya Tuhan
membasahi badan
pakaian yang baru sehari berharap lipatan
tetap sepadan

lelak-perempuan bersitatap
merapat menangkup rapat
sebuah pertemuan berujung sepakat
entah siapa kemudian menghidangkan
cinta pada piring putih tanpa noda
saat keduanya melahap
tanpa sisa untuk sesiapa

muram, senja teramat kejam disungkup kelam
lelaki-perempuan tertawa
lupa telah mengiris karya Tuhan sore itu
lupa pada karya itulah lelaki menemukan
tulung rusuknya yang hilang
lupa pada karya itulah perempuan menyerahkan
rusuk curian di tempat yang sepadan

Ujung Kata, 919




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline