Lihat ke Halaman Asli

Menikmati Pesona Sumatera: (2) Menikmati Kuliner dan Budaya Kota Padang

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1422355739572814988

Saat itu sampailah pada hari keberangkatan : 3 Januari 2015. Pada pukul 00:00 kami sudah berkumpul di pool Bus Primajasa, Batununggal, Bandung. Sekitar 15 menit lagi bus kami akan berangkat langsung menuju Bandara Soekarno Hatta. Perjalanan malam sengaja kami pilih mengingat penerbangan kami berada pada pukul 05:30. Tidak masalah kami menunggu di Bandara daripada ketinggalan pesawat. Benar saja, Bus sampai Bandara Soekarno Hatta pada pukul 03:00 yang membuat kami harus menunggu penerbangan sekitar 2,5 jam.

Kami akhirnya boarding ke dalam pesawat, Lion Air. Pesawat tanpa terasa terbang selama sekitar 2,5 jam dan mendarat dengan selamat di Bandara Intarnational Minangkabau, Sumatera Barat, Alhamdulillah. Beruntung sekali, Kami dijemput oleh keluarga Julian (Mama dan adiknya) yang memang tinggal di Kota Padang. Karena belum sarapan, maka destinasi kami pertama adalah mencari Sarapan khas Padang.

Oleh Keluarga Julian kami diajak ke rumah makan Soto Garuda. Disana saya memesan Soto Campur, artinya soto dengan daging dan paru. Kuah soto ini seperti berwarna bening, seperti soto Bandung tetapi dengan rasa yang berbeda. Kami juga mencicipi Tahu Kecap dan Tahu Kentang, sejenis gado-gado lengkap dengan bumbu kacang. Makanan ini enak sekali menurut saya, harus dicoba bagi yang mengunjungi Kota Padang.

Selanjutnya kami juga diajak mengunjungi Universitas Andalas, universitas top di Sumatera Barat, areanya sangat luas sekali. Kalau di Bandung mungkin seluas dengan Unpad Jatinangor. Banyak spot pemandangan ke Kota Padang dari Unand ini karena posisinya di dataran tinggi. Yang menarik adalah bangunan rektoratnya yang memiliki desain tinggi menjulang di atas bukit, mahasiswa Unand menyebutnya sebagai Markas Power Rangers.

[caption id="attachment_348310" align="alignnone" width="560" caption="Gedung Rektorat Universitas Andalas"][/caption]

Setelah beristirahat sebentar di rumah Julian, kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan mobil. Pertama kami mengunjungi Museum Adityawarman. Museum ini berbentuk Rumah Gadang yang sangat besar. Arsitektur rumah gadang ini yang menarik minat wisatawan termasuk kami. Di dalam museum terdapat barang - barang tradisional, sejarah Kota Padang dan Sumatera Barat, juga baju adat Sumatera Barat. Yang menarik dan unik dari Kota Padang adalah gedung - gedung pemerintahan, bank, kantor polisi, dan kantor pemerintahan lainnya memiliki desain atap seperti rumah gadang, yang melancip ke atas di ujungnya.

[caption id="attachment_348303" align="alignnone" width="560" caption="Museum Adityawarman"]

14223543641092295599

[/caption]

[caption id="attachment_348632" align="alignnone" width="560" caption="Dekorasi Pernikahan Adat Sumatera Barat di Museum Adityawarman"]

1422583304820358247

[/caption]

Lokasi wisata selanjutnya yang kami kunjungi adalah Gunung Padang, yaitu gunung yang tidak terlalu tinggi, sekitar 30 menit berjalan/tracking, kami sudah berada di puncak. Pemandangan Kota Padang dapat kita lihat dari puncak Gunung Padang ini. Gunung Padang ini berada masih di sekitar pusat Kota Padang, dan terletak di pesisir pantai, sehingga pemandangan laut juga terlihat sangat indah. Di puncak Gunung Padang ini banyak terdapat kera yang bebas berkeliaran, cukup bagus untuk difoto tetapi lebih baik tidak didekati. Di Gunung Padang ini juga dipercaya terdapat makam Siti Nurbaya, yang sangat melegenda sebagai cerita rakyat Indonesia.

[caption id="attachment_348635" align="alignnone" width="560" caption="Pemandangan dari Gunung Padang"]

1422583602691692133

[/caption]

Setelah puas berkeliling Kot Padang, kami memutuskan untu berwisata kuliner kembali. Kali ini yang kami coba adalah Es Duren Iko Gantinyo. Es Duren di sini semacam Es Campur dengan kuah durian yang segar. Kemudian diatasnya ditambahkan Es Krim. Segar sekali dimakan di saat cuaca panas dan harganya pun sangat terjangkau. Hanya mengeluarkan Rp 24.000 untuk mendapatkan semangkuk es durian seperti di bawah ini.

[caption id="attachment_348317" align="alignnone" width="560" caption="Es Duren Iko Gantinyo"]

14223562681022029836

[/caption]

Kota Padang identik dengan cerita rakyat Malin Kundang dan Siti Nurbaya. Malin Kundang diceritakan dikutuk oleh ibunya karena durhaka, sementara Siti Nurbaya memiliki kisah cinta yang tragis bersama kekasihnya, Samsul Bahri. Sore hari menjelang matahari terbenam kami mengunjungi Pantai Aie Manih (Pantai Air Manis) dengan harapan dapat mengunjungi Batu Malin Kundang, sayang sekali saat itu air laut sedang pasang sehingga Malin Kundang pun tenggelam. Perjalanan menuju Pantai Aie Manih cukup jauh dari Kota Padang, dengan kendaraan mobil sekitar 1 jam melewati perjalanan berliku dan menanjak-menurun menuju pantai. Namun pemandangan pantai cukup indah. Banyak sekali anak kecil dan wisatawan yang bermain di pantai. Sementara Siti Nurbaya diabadikan sebagai nama jembatan yang mengarahkan ke Gunung Padang. Malam hari kami berjalan - jalan ke Jembatan Siti Nurbaya, yang dipenuhi oleh pedagang kaki lima. Jembatan ini memang dikenal sebagai tempat nongkrong para pemuda di malam hari, sehingga suasana sangat ramai pada saat kami kesana.

[caption id="attachment_348324" align="aligncenter" width="560" caption="Pantai Air Manis"]

14223570551378378433

[/caption]

Menutup malam, kami akhiri dengan berwisata kuliner lagi. Kami mengunjungi Martabak Malabar. Di sana saya memesan Martabak, yang menurut saya hampir sama rasanya dengan Martabak Bangka yang ada di Bandung, kecuali cara memakannya. Kalau di Bandung saya biasa memakan martabak dengn nasi, tetapi di sini martabak dimakan seluruhnya (1 porsi) tanpa nasi, lengkap dengan kuah cuka yang menambah nikmat martabak. Selain itu saya juga memesan minuman khas Sumatera Barat yang dipercaya memiliki khasiat sangat baik bagi kaum pria, Teh Telor. Teh telor adalah teh dicampur dengan telor mentah, madu, dan jeruk nipis. Awalnya saya cukup khawatir dengan bau telornya, tetapi jika diaduk dengan baik, bau amis telor tidak akan terasa. Dengan hanya Rp 20.000 dan Rp 7.000 kami sudah dapat menikmati Martabak Malabar dan Teh Telor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline