Lihat ke Halaman Asli

Ridha Afzal

TERVERIFIKASI

Occupational Health Nurse

Mengintip Bisnis Ekspatriat Pakistan di Malang

Diperbarui: 18 Januari 2021   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Personal Collection

SEJAK tujuh bulan terakhir, saya bisa bayangkan, jangankan orang asing yang tinggal dan bekerja di Indonesia (Ekspatriat), orang kita sendiri saja kerepotan dalam berbisnis karena Covid-19 ini. Perlu modifikasi sana-sini, butuh penyesuaian dan kalau perlu, putar haluan karena perubahan dalam banyak hal.

Mobilisasi masyarakat yang berubah total, regulasi Pemerintah serta kebutuhan masyarakat, semuanya banyak yang beda seja ada Corona. Contoh sederhana saja anak-anak sekolah. Mulai dari urusan transport hingga kantin, terkena dampaknya. Para sopir Angkutan umum yang semula berharap dapat masukan rutin dari anak-anak sekolah, kini sepi.

Demikian pula emak-emak yang biasanya menjajakan makanan untuk mereka, baik di depan sekolah maupun di kantin sekolah. Kini mereka mencari jalan lain harus bagaimana memperoleh penghasilan guna menutupi kebutuhannya.


*****

Saya kenal seorang berkebangsaan Pakistan, Navid namanya. Dia menikah dengan orang Indonesia. Sudah setahun lebih tinggal di Malang. Semula Navid dan keluarganya tinggal di Dubai. Memutuskan tinggal di Indonesia itu bukan persoalan mudah.

Awal mula ketemu Navid ketika kami dalam perjalanan ke sebuah toko buku di bilangan Dieng, Kota Malang. Tidak jauh sebelum sampai ke toko buku, di pinggir jalan, mata saya tertuju pada sebuah restaurant baru, bergambar Taj Mahal dan aneka asesori India. Saya fikir ini pasti restaurant India. Kami pun mampir.

Semula kami cuek aja. Duduk tidak jauh dari kami, seorang pria paruh baya. Saya tidak sangka, ternyata dia adalah pemiliknya. Berwajah India atau Pakistan, lantaran keduanya tidak jauh beda. Hanya kami waktu itu pelanggannya. Sepi.

Personal Collection 

Anyway, sambil menunggu pesanan makanan, akhirnya kami ngobrol ke sana-ke mari. Selain, Inggris, Navid juga bisa berbahasa Arab dan Jerman. Beruntung, saya sekalian berlatih bahasa Jerman. Dia pernah ke Jerman beberapa tahun lalu. Akan halnya dengan Bahasa Indonesia, dia juga sedang belajar. Istrinya orang asli Malang.

Sekitar satu jam kami ngobrol di India Restarurant nya. Sengaja diberi nama India, karena kalau Pakistani Restaurant orang kita belum terlalu familiar. Ini berdampak pada bisnis profit. Sesudah itu kami pamit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline