Lihat ke Halaman Asli

Rico Ricardo Lumban Gaol

Energi terbarukan bukanlah energi alternatif, melainkan jawaban dari kerisauan kedepannya

Mulai dari yang Kecil

Diperbarui: 28 April 2016   23:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Ketika niat baik terhenti karena ketidakyakinan akan dampak baiknya dari niat itu, saat itu pula kita akan tahu bahwa kita telah membuang-buang waktu. Niat baik tak harus dirasakan oleh puluhan atau bahkan ratusan orang secara langsung. Bahkan dampaknya bermula hanya untuk satu atau dua orang saja itu sudah menjadi kebaikan yang mengakar. Aku percaya setiap orang yang setia terhadap perkara-perkara kecil kapanpun diberikan tanggung jawab besar dia akan setia pula.”

Dua malam yang lalu, tanggal 26 April 2016, aku dan beberapa temanku berkumpul di suatu desa di daerah yang memiliki suhu yang dingin. Kami datang dari berbagai daerah, memang tidak jauh, akan tetapi jika dilihat dari niatnya, kami berangkat dari tempat kami meletakkan kepala ke tempat yang bukan kediaman kami. Dan kami datang dengan hati yang tulus, mata yang berbinar, tujuan yang baik, untuk kemandirian lokal yang menunjang kemajuan daerah.

Kami semua memulai dengan semangat. Menjauhkan segala gangguan seperti telepon genggam. Mengabaikan mulut yang menganga karena mengantuk. Menaklukkan mata yang berat hingga memerah. Iya, kami melalui itu semua disaat kami kumpul dan bercerita berbagi pengalaman dan menyusun rencana untuk kemandirian lokal. Hampir tidak ada yang tidak bercerita malam itu. Dan baru malam itu aku merasakan keaktifan saudara-saudariku itu di saat ada forum.

Keesokan harinya, sesuai jadwal yang kami rencanakan sebelum memulai forum malamnya, kami masih melanjutkan pembicaraan yang tertunda karena malam itu terhenti mengikuti kesepakatan akan berhenti hingga pukul 11 malam. Pagi itu kami memulainya setelah beberapa teman yang berjuang mempersiapkan sarapan untuk kami. Sama seperti semalamnya, makan sebelum forum. Bedanya, semalamnya kami membeli makanan jadi, sedang pagi esoknya sarapan yang dihidangkan adalah masakan sendiri.

Sekitar pukul 9 pagi, kami memulai pembahasan selanjutnya. Kami memasuki pada tahap analisa setiap kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dan rencana untuk pengadaan serta sampai pada antisipasi kemungkinan yang merugikan. Setelah beberapa jam berlalu, terlihatlah beberapa dari kami yang mulai merasa gelisah karena ide yang hampir terhenti.

Akhirnya kami berbagi cerita dengan seseorang yang lebih berpengalaman dengan kami, kami menyebutnya “bapak”. Beliau mengutak-atik apa yang ada di dalam benak kami, niat kami, dan rencana kami yang dikatakannya bahwa ide seperti ini tak perlu orang seperti kami yang melakukannya. Hmmm, aku merasa terlalu diangkat. Iya, kami terlalu diangkat sehingga diharapkan harus bisa memikirkan yang berbeda dengan orang lain pada umumnya. Pada akhirnya kami menjadi kebingungan dan hampir melupakan rencana awal.

Dan, ide demi idepun bermunculan dalam benak tetapi tidak terungkapkan. Itu terlihat dari raut wajah dan binar mata yang terpampang jelas. Semoga setelah beberapa hari kedepan kami sudah bisa berbagi ide, mengeluarkan ide, dan ide itu yang bisa diterapkan untuk pemberdayaan masyarakat. Semoga bukan sekedar bisnis sosial. Semoga benar untuk kemandirian lokal.

“Jangan menyalahkan siapapun, melainkan melihat diri sendiri karena kebelummampuan diri sendiri mungkin jadi pemicu kegundahan hati saat ini. Terus belajar, terus berlatih.”




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline