Lihat ke Halaman Asli

Ria Mi

Menulis memotivasi diri

Puisi: Renungan di Akhir September

Diperbarui: 1 Oktober 2020   01:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jurnalgaya.pikiran-rakyat.com

Renungan di Akhir September


Pahlawan revolusi, jasadmu boleh diambil
Inilah takdir, dan kini telah lembut bersama debu
Darahmu telah menjadi semangat untuk senantiasa menjaga negeri

Darahmu telah menjadi ruh yang suci yang bergerak, menghentak di dada kami
Oh Jendral Ahmad Yani, Mayjen R Soeprapto, MT Haryono, Mayjen S.Parman, Brigjen D.I Panjaitan, Brigjen Sutoyo Siswadiarjo, dan Lettu Pierre Andreas Tendean
Dalam tetes air mata doa adalah untuk namamu pahlawan

Kami generasi yang lahir dari darahmu
Kami menikmati kesuburan tanah ini dari perjuanganmu
Engkaulah yang mengajari kami tanpa dendam menghadap Illahirabbi

Darahmu wangi wahai Tuan
Menguar ke langit, menguar di angkasa, meresap dalam bumi Pertiwi
Mewangilah negeriku karenamu
Kuatlah iman-iman bangsaku karenamu

Tuhan, entahlah malam ini aku merenung
Meski takdir yang kau timpakan kepada para jendral kami begitu pedih di mataku
Tapi ada sehamparan bumi mencatat tetes darahnya
Seluas langit doa dipujikan untuknya
Sederet jalan di negeri ada nama mereka
Dan aku yakin inilah saksi kebaikan yang kau perintahkan

Tiba-tiba air mataku mengalir
Entahlah...kerinduan pada sejarah atas keberanian dalam kebenaran menyusup dalam hati

Menembus relung-relung sunyiku
Doa-doa terpuji semoga peristiwa pedih ini tak terulang kembali

Wahai Tuan Pahlawan revolusi
Darahmu boleh menyatu dengan bumi
Tapi saripatinya telah menjadi tubuh ini
Yang terus berjaga
Mananti hari-hari dalam kuasa-Nya

Bukit Nuris, 30 September 2020
~ Riami ~




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline