Lihat ke Halaman Asli

Ria Alfarina

Mahasiswa Magister Psikologi Profesi

Berdamai dengan Memaafkan

Diperbarui: 28 Juli 2022   10:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

     

 Pada dasarnya manusia ingin menjalani kehidupan dengan damai dan penuh bahagia. namun tidak demikian dengan kenyataan yang terjadi. banyak hal-hal yang menjadi problem dalam setiap langkah yang dilalui, setiap keputusan yang diambil, dan setiap hal yang dijalani pasti ada saja ketidaksesuaian dengan harapan. Kejadian yang tidak sesuai dengan harapan tersebut seharusnya terdapat penawar agar kehidupan tetap berjalan dan tetap bisa menghadapi segala permasalahan yang pada dasarnya kehidupan didunia adalah proses belajar, sehingga didalamnya juga terdapat ujian-ujian yang perlu dilewati. salah satu penawar adalah dengan memaafkan dan meminta maaf.

    Menuurt Michael McCullough (2000) salah satu pakar psikologi pemaafan. bahwa memaafkan adalag berkurangnya suatu keinginan untuk menghindari orang yang pernah menyakiti kita dan berkurangnya keinginan untu membalas dendam atau melukai orang yang pernah menyakiti kita, serta dapat dilihat dari peningkatan belas kasih dan keinginan bertindak secara positif kepada orang yang telah menyakiti.

    Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam memaafkan menurut mawan (2009) dalam perspektif teologis

1. Mengingat kembali pengalaman terluka

    Walaupun pada tahap ini sebagian orang merasa sulit karena harus mengingat kembali perasaan menyakitkan dan secara tidak langsung membawa jiwa kedalam masalalu yang menyakitkan namun ini menjadi salah satu hal yang penting dilakukan. karena proses ini sebagai upaya memutuskan luka dari pengalaman kurang baik sebelumnya. jika kita tidak mampu melakukannya maka kemungkinan kita akan terikat dengan luka masalalu dan tidak ada kepercayaan bahwa kita bisa lepas dari luka masalalu tersebut. kita perlu melepaskan pertahanan yang digunakan untuk menutup perasaan tersebut. sehingga akan timbul sebuah duka dan membuat kita kita tidak lagi menyangkal dan menolak luka yang dialami dan membiarkan kita mengalami luka dan berusaha pulih melalui perasaan tersebut.

2. Mengartikan/Memaknai Ulang Luka

    Saat individu mengalami luka batin maka ia dapat menggunakan pikiran untuk dapat merespon perasaan tersebut. pikiran yang muncul tersbeut dapat menjadi bagian pelindung diri dan membuat suatu strategi untuk dapat mengatasi luka batin dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Setelah kita dapat mengakui semua hal yang terjadi dan melihat luka batin dengan fikiran yang benar.

    Kita menyadari bahwa luka batin memberikan dampak buruk terhadap penilaian kita kepada orang yang telah menyakiti. kita akan menilai bahwa dia adalah jahat dan kita sebagai korban. Namun satu hal yang harus dan penting diingat bahwa Allah telah memberi kita pikiran, kehendak dan emosi. Dimana kehendak sebagai pengontrol pikiran dan pikiran itu juga akan mengontrol bagaimana kita meluapkan emosi. Sehingga yang perlu diubah adalah dengan mengubah pikiran kita mengenai hal tersebut.

    Tidak dapat dipungkiri bahwa sering sekali kita menganggap bahwa orang yang melukai kita akan dipandang berdasarkan luka masalalu kita dan mengenyampingkan apa yang menjadi motivasi mereka. Sehingga dengan mengontrol pikiran kita akan dengan mudah memahami bahwa mereka sebenarnya sama seperti kita, merekapun sama-sama lemah. Hal tersebut menunjukkan bahwa begitu pentingnya memisahkan dengan apa yang telah mereka perbuat dan memandang diri kita sendiri lebih dari luka yang kita derita.

"ketika kita memandang diri kira sendiri sebagai pribadi maka kita mulai dapat meredakan kebencian kita. ketika kita memandang diri kita lebih daripada luka yang kita derita maka kita dapat mengenal lebih baik orang yang telah melukai"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline