Lihat ke Halaman Asli

Reyvan Maulid

Writing is my passion

Toxic Masculinity, Racun Berbisa dan Pemikiran Sempit Kaum Pria

Diperbarui: 5 Oktober 2021   19:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pemahaman bahwa semua laki-laki harus tampil gagah, menyukai olahraga tertentu, tidak boleh menangis, dan lain-lain itu sebenarnya adalah toxic masculinity. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

“Cowok tuh harus gagah, keren, badannya atletis, kekar dan suka baku hantam! 

Itu baru namanya Cowok!"

Apakah kalian para lelaki pernah mendengar sepotong kalimat berikut di atas? Yang biasanya dilontarkan sama teman kalian sepanjang hidupnya mulai kecil hingga saat ini? 

Rasa-rasanya kurang greget kalau teman kalian mengatakan kalimat tersebut jika tidak diselimuti candaan dan cacian yang bisa jadi menyinggung perasaan kalian. Selain kalimat tadi, apakah kalian juga pernah mendengar kalimat bahwa laki-laki itu harus menggunakan kekerasan dan main tangan sebagai alat pengakuan ke orang lain bahwa laki-laki itu identik dengan kekerasan. 

Anggapan dan stigma orang jika tidak menunjukkan sifat “kelaki-lakian” dalam artian dianggap lemah, suka direndahkan dan diremehkan oleh lingkungan sosialnya karena berperilaku lembut, pantas dibully kalau gesturnya mengarah ke feminis maka gagal disebut sebagai seorang laki-laki. 

Harkat dan martabat seorang laki-laki jatuh hanya karena kamu dipandang sebagai orang yang terlalu lembut, tidak terlihat jantan kalau tidak merokok maupun minum-minuman keras, tidak mau menyelesaikan sebuah konflik dengan kepala dingin malah pinginnya baku hantam aja biar urusannya segera selesai. 

Sifat kelaki-lakian ini juga bisa jadi bibit-bibit negatif termasuk kekerasan dan diskriminasi berbasis gender sehingga terbukti sudah banyak kasus-kasus kekerasan yang dalang pelakunya adalah seorang laki-laki

Pasti sering dari kalian mendengar kata maskulin dan feminin? Kedua padanan kata ini tentunya biasa digunakan untuk menggambarkan sifat seseorang dalam berperilaku, berpikir, maupun berpenampilan. 

Kata sifat ini juga sering kali digunakan untuk mengkotakkan jenis pekerjaan, pakaian, serta mengatur bagaimana laki-laki dan perempuan seharusnya berpikir, merasakan, serta berperilaku. 

Ilustrasi Pria. Photo by Pexels

Tapi tahukah kamu, bahwa sifat maskulin dan feminin ini sebenarnya ada dalam setiap diri manusia. Manusia memiliki kedua sifat tersebut dan kedua sifat ini berguna bagi kehidupan kita. 

Sifat maskulin sering diidentikkan dengan bagaimana seseorang berpikiran rasional, berani, bertanggungjawab, dan melindungi. Sementara sifat feminin sering dikaitkan dengan kelemah-lembutan, keibuan, merawat, penyayang dan sabar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline