Lihat ke Halaman Asli

REFLEKSI DIRI

Renungkan dan Rasakan. Intisari kehidupan ada di dalamnya.

Re-Branding, Kekuatan Strategi Pelabelan Diri

Diperbarui: 11 Desember 2020   12:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Dokumen Pribadi

Hari ini, dan mungkin di hari-hari berikutnya, fase ini akan terus terjadi dan berevolusi. Dimana usaha diri untuk menjadi di kenal orang sudah selesai tugasnya, entah dengan cara apa diraihnya. Re-branding itu selalu dibutuhkan untuk menciptakan karakter diri di mata publik. 

Re-branding adalah usaha tahap kedua setelah seseorang dikenal banyak orang. Re-branding atau dikenal dengan istilah pembaruan karakter adalah bentuk pelabelan diri yang sengaja diciptakan untuk membentuk persepsi publik agar supaya label sebelumnya dianulir.

Re-branding bisa dikatakan bentuk reinkarnasi kedua setelah tahap pertama selesai. Dengan kelahiran baru ini, dibuatlah sebuah konsep yang menata kehidupan sehari-harinya, mengorganisir segala kegiatan yang ada. Sehingga, terasa sempurna di mata publik.

Dengan begitu, masyarakat mulai melihat personal berdasarkan apa yang personal itu tentukan. Ketika itu sudah tercapai, maka strategi berikutnya akan menyusul. Yaitu menciptakan sebuah promosi suatu produk, atau mempersuasif-kan sebuah doktrin dan gagasan yang dimiliki personal untuk dapat diterima dengan baik oleh khalayak.

Apakah ini salah? Setiap pemikiran dan gagasan memang selalu mendapat pro kontra di dalamnya. Tak terkecuali re-branding itu sendiri. Tergantung bagaimana si pemakai re-branding memanfaatkan kemampuannya membentuk label baru, dan sejauh mana personal mengakomodir re-branding agar tetap seperti kesepakatan awal.

Penulis Pujangga

Editor Fuji




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline