Lihat ke Halaman Asli

DeJavu - Part 2

Diperbarui: 28 Desember 2016   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://andreaandrade.deviantart.com

Shan membuka pintu rumah. Dibelakangnya hujan lebat telah tercurah dari langit. Masih didengar oleh Shan suara Shibell bicara dengan ibunya di rumah sebelah. Lalu didengarnya suara pintu rumah Shibell tertutup setengah terbanting, mungkin ibu gadis itu marah, seperti biasa saat ibunya tau Shibell pergi bersama Shan.

 Shan menutup pintu, sedikit tersenyum, setidaknya dia tidak mendengarkan teriakan Shibell seperti yang biasa gadis itu lakukan saat berdebat dengan ibunya. Shibell memang sedikit pembangkang, tapi itu karena dia tidak setuju dengan cara orang tuanya memperlakukan orang-orang yang dianggap ... bukan bangsawan.

 Di ruang tengah, Shan melihat Richie, saudara angkatnya, dan ibunya. Seperti biasa mereka memang selalu duduk bersama disitu. Berbincang tentang apa saja, kadang hanya mengomentari acara tv yang mereka lihat, dan hal itulah yang selama ini ingin dilakukan Shan bersama mereka. Tapi sayangnya, tiap kali Shan datang suasananya pun langsung berubah. Mereka diam. Dan Shan tau, jika keadaannya memang bukan bagian dari kebersamaan mereka. Hanya saja kadang Shan memaksa, hanya ikut duduk bersama mereka tanpa bicara apapun. Jika mereka berdua kemudian melanjutkan pembicaraan lagi, itu sudah membuatnya senang.

 Tapi kali ini Shan berusaha tak peduli. Dia melangkah lurus masuk kedalam kamarnya. Bahkan dia tidak menoleh pada Richie yang saat itu menatapnya.

 Ini bukan karena Shan tidak lagi perduli pada mereka berdua, tapi ...

 Shan membuka pintu kamarnya. Sejenak matanya memandangi kamarnya. Memandangi setiap sudut kamar yang selama ini ditempatinya. Masih diingatnya Shan kecil yang merasa sangat asing tidur diatas ranjang sebesar dan seempuk itu. Sangat berbeda dengan ranjang-ranjang panti yang bahkan berderak setiap kali tubuh kecilnya bergeser. Lalu jendela itu, tempat yang sangat bersejarah untuknya. Tempat dimana dia menangis setiap kali melihat mobil orang tua angkatnya pergi berlibur dan meninggalkannya sendiri, dan juga tempat dimana dia sering menghabiskan waktu untuk mengobrol semalaman bersama Shibell, sahabatnya.

 Shan menghela nafas. Lalu mulai mengemasi koper besarnya. Dia harus meninggalkan semua ini sekarang. Mungkin di jepang keluarga kandungnya bersikap jauh lebih baik. Atau mungkin jauh lebih menyakitkan?

 Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Richie berdiri ragu di pintu kamar Shan.

 "Cuma mau ngeliatin gua aja? Atau mau bantuin angkat koper?" Shan menyindir sambil tertawa kecil.

 Richie berdehem, terlihat sedikit gugup tapi akhirnya dia melangkah masuk. "Gua ... Gua cuma mau ngingetin aja, walaupun nanti lo lebih bahagia disana, tapi ... Kalo, maksud gua, kalo lo jenuh atau pengen liburan, lo bisa kesini. Ehm- maksud gua ..." Richie menggaruk kepalanya dengan gugup.

 Shan menoleh menatap Richie. Terdiam. Lalu ...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline