Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa, Agen of Change atau Sosok Mati Rasa?

Diperbarui: 9 September 2017   19:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahasiswa adalah orang yang tengah mengenyam pendidikan pada sebuah lembaga pendidikan tinggi yang biasa disebut universitas (kampus) dengan jangka waktu tertentu. Di tempat ini mereka belajar berbagai hal, yakni pengetahuannya (disiplin ilmu yang digeluti), belajar berfikir kritis, belajar mandiri, dan juga belajar menyelesaikan masalah secara cerdas dan bijak (tanpa menimbulkan masalah baru).

Mahasiswa merupakan sosok penting dalam perubahan. Ya, karena mahasiswa adalah agen perubahan itu sendiri. Kenapa demikian? Karena mahasiswa adalah sosok pembelajar yang identik dengan pengetahuan, serta memiliki idealisme. Sehingga tanggung jawab besar berada di tangannya. 

Ada orang bijak yang berkata, "jika engkau ingin mengubah kebiasaan suatu masyarakat, maka mulailah dari dunia kampus."  Kok kampus?? Tentu saja. Karena kampus adalah habitat kaum cendekia (mahasiswa) yang di pundak mereka dititipkan ribuan aspirasi masyarakat. Suara mahasiswa, suara rakyat. Marcus Tullius Cicero mengatakan bahwa mahasiswa harus memiliki manfaat sosial. Yaitu tak hanya berkutat dengan pengetahuannya (disiplin ilmu yang dipelajarinya) tapi juga menjalankan misi besarnya sebagai "agen of change" yang harus terlibat langsung dalam setiap dinamika horizontal yang terjadi di masyarakat.

Jika menilik kisah yang telah usai, kebangkitan bangsa Indonesia ini salah satunya karena jasa pemuda, khususnya mahasiswa. Runtuhnya orde lama, kemudian tiba di masa orde baru dan pada akhirnya juga ditumbangkan lagi, tak lain karena semangat dan kerja keras mahasiswa di seluruh indonesia. Sehingga kita bisa menikmati segarnya udara reformasi dan sejuknya zaman demokrasi. Seperti saat ini.

Namun perkembangan teknologi informasi dewasa ini telah memberikan banyak sentuhan sehingga terjadi berbagai fenomena di beberapa aspek kehidupan seperti sosial, ekonomi, budaya, politik, bahkan nilai norma dan agama dianggap isapan jempol bagi segelintir pemuda (mahasiswa) sekarang. Arus perubahan ini telah menghanyutkan sebagian mahasiswa yang tidak mampu menghadapi perubahan zaman yang begitu cepat. Padahal, pada kondisi seperti ini harusnya mahasiswalah yang berperan penting dalam memblokade setiap serangan perubahan-perubahan negatif (westernisasi, hedonism, dll).

Berhadapan dengan hal seperti ini, eksistensi mahasiswa sebagai figur yang kritis mulai dipertanyakan. Mahasiswa yang seharusnya kritis seakan mati rasa di tengah efouria yang sebenarnya akan merugikan kehidupan mereka. Teriakan di kampus atau status-status yang dipasang pada akun-akun sosial media yang mengkritik sebagian kebijakan pemerintah tidaklah cukup. 

Sungguh sangat miris lagi melihat teriakan (demonstrasi)  sebagian mahasiswa hanya untuk mengorbankan orang lain. Atau bahkan untuk kepentingan segelintir orang. Atau sikap sebagian mahasiswa yang tidak peduli terhadap nasib bangsa, "yang terpenting saya bisa makan, kuliah, menghasilkan uang. Sisanya terserah kalian." Kalau perkataan itu dilontarkan oleh mahasiswa, apa salah kalau kita menyebutnya mahasiswa mati rasa?? Dimana kepekaan sosial mereka sebagai agen of change?

Budaya "mati rasa" menjadi pekerjaan rumah yang entah harus diselesaikan dengan rumus apa. Yang pastinya ini menjadi momok yang harus dihilangkan. Mahasiswa sebagai motor penggerak perubahan haruslah memiliki kepekaan sosial yang tinggi agar mampu membaca fenomena sosial dan politik yang mulai melenceng. Dan yang terpenting adalah kita memiliki keberanian untuk membentuk sebuah pergerakan untuk melawan hegemoni yang menelantarkan banyak orang (masyarakat).

Karena selama masih ada mahasiswa masih terus berada dalam cengkeraman kekuasaan yang melenceng, maka selama itu pula ia bergelar "sosok mati rasa". Dan sekali lagi pergerakan yang dimaksud bukan hanya tentang aksi turun jalan dan pengrusakan fasilitas umum dan pemerintah. Namun lebih pada kontribusi nyata untuk bangsa ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline