Lihat ke Halaman Asli

Renisah Nur

Mahasiswa

Tragisnya Nasib Makam Korban Konflik

Diperbarui: 24 Oktober 2015   13:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Unsur Intrinsik

  1. Judul                          :Kamboja di Atas Nisan
  2. Pengarang                :Herman RN
  3. Tema                         : Perjuangan seorang anak untuk hak seorang perempuan dan juga hak     ibunya. Hal ini dapat dilihat di dalam cerita, dimana Kamboja terus mempertanyakan tentang nasib sebagai seorang perempuan dan juga Kamboja yang merasa tidak setuju dengan dibangunnya hotel mewah dan mall diatas makam ibunya dan juga makam korban konflik lainnya, dimana hal itu melanggar hak orang-orang yang sudah mati.
  4. Tokoh dan Penokohan :

                   Tokoh              :

  • Pentagonis : Kamboja
  • Antagonis   :Tentara dan Pemerintah
  • Tirtagonis   :Ibu

                  Penokohan      :

  • Kamboja : Seorang anak dari korban konflik dimana dia kedua orang tuanya telah   meninggal akibat konflik tersebut. Ia memiliki watak yang tegas, berambisi, yakin, dan pantang menyerah, penyayang dan berwawasan luas.
  • Tentara dan Pemerintah : Watak dari tentara dan pemerintah dalam cerita ini yaitu, serakah, salalu ingin menang dan tidak mementingkan hak-hak orang lain.
  • Ibu : Pantang menyerah dan penyayang
  1. Alur : Campuran

Gadis itu menghela napas. Kamboja, demikian namanya. Ia anak tunggal. ”Ibu, kau sudah melahirkanku dalam keadaan susah payah. Saat itu kita harus mengungsi karena kampung kita didatangi kelompok bersenjata. Orang-orang kampung kita pun diklaim sebagai pemberontak. Ibu lari terbirit-birit sambil membawaku dalam perut ibu. Begitu cerita yang kudengar dari Nek Mah, bidan kampung kita,” ucapnya sambil menahan tangis.

”Ayah mati terkena peluru nyasar. Tepat sehari sebelum perjanjian damai antara pemberontak dan pemerintah. Apa salah ayah? Ah, terlalu sulit memberi alasan antara salah dan benar di kampung ini, Ibu. Mengapa terlalu cepat ibu tinggalkan aku?

”Ibu, bagaimana caranya aku mempertahankanmu? Besok pagi, tempat peristirahatanmu ini akan diratakan. Kau ingat dulu waktu kampung kita berkecamuk? Orang-orang kampung berperang dengan tentara pemerintah. Kini, tentara pemerintah pula yang akan menjarah rumahmu ini, Ibu.

Kamboja bangkit. Dari makam ibunya, ia berteriak. ”Siapa pun kalian, menghormati hak-hak orang yang masih hidup itu memang susah, apalagi rakyat kecil. Namun, menghormati ketenangan orang yang sudah mati, apakah juga tidak kalian miliki? Di mana nurani kalian? Di sini terkubur saksi kezaliman masa konflik. Apa kalian mau mereka jadi saksi kezaliman kalian di hadapan Tuhan?”

 Kamboja mendekati orang tersebut. ”Ya, saya sudah gila. Saya gila karena mempertahankan hak-hak orang mati. Makam ini adalah rumah mereka yang telah istirahat dengan tenang. Saya gila karena menginginkan ketenangan mereka. Sedangkan kalian, gila karena ingin hotel megah tanpa melihat penderitaan orang lain.”

Lelaki yang sedari tadi disapa ”bapak” berbalik meninggalkan lokasi pemakaman. ”Anda bilang semua sudah beres. Kasus makam ini ternyata belum selesai,” ujarnya sembari meninggalkan tempat itu.

  1. Setting :
  • Tempat    :Di pemakaman, perkampungan.
  • Suasana   :Sedih dan menegangkan
  • Waktu      :Siang hari
  • Sosial        : Kamboja, anak yatim piatu yang kedua orang tuanya meninggal akibat adanya perang konflik, dia hidup dengan berkecukupan dan berusaha untuk tetap bersekolah sampai universitas meskipun hidupnya sangat sederhana dan ia hanya tinggal sendiri.
  1. Sudut Pandang Pengarang :

Orang ketiga serba tahu, si pencerita menceritakan kehidupan Kamboja, dimana kedua orang tuanya yang meninggal akibat adanya perang konflik. Dan tempat dimana ibu Kamboja dikuburkan yang direncanakan akan dibangun hotel dan mall mewah. Nah, dari situlah Kamboja merasa tidak setuju dan mulai memperjuangkan hak-hak orang yang sudah mati.

  1. Gaya Bahasa : Bahasa Baku dan Mudah dimengerti
  2. Amanat :
  • Perempuan juga memiliki hak yang sama dengan hak laki-laki, tugas seorang perempuan tidak hanya dirumah dan mengurus anak, tetapi seorang wanita juga bisa menjadi seorang yang hebat dengan mengaplikasikan kemampuannya.
  • Semua orang mempunyai haknya masing-masing, baik orang tersebut masih hidup ataupun telah mati, dan kita wajib untuk menghargai dan menerima hak-hak orang tersebut.
  • Tidak semua orang yang mempunyai pangkat yang tinggi berarti juga memiliki moral dan hati yang baik, maka dari itu berhati-hatilah saat kita memilih siapa pemimpin kita.Sumber cerita: link: http://cerpen.print.kompas.com/2014/01/05/kamboja-di-atas-nisan/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline