Lihat ke Halaman Asli

Rionanda Dhamma Putra

Ingin tahu banyak hal.

Forest Bond, Investasi Pengaman Masa Depan Kehidupan

Diperbarui: 27 Juli 2019   16:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://luxtimes.lu/

Apa arti kehidupan? Bagi penulis, kehidupan berbicara soal eksistensi manusia. Eksistensi itu sendiri terdiri atas dua elemen dasar. Pertama, bagaimana manusia mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Kedua, bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Elemen pertama eksistensi manusia berbicara soal kelayakan finansial (financial feasibility). Lebih jauh lagi, bagaimana individu mencapai kemakmuran sepanjang hidupnya. Artinya, daya beli individu terus meningkat dalam jangka panjang. Untuk meningkatkan daya beli, peningkatan kekayaan individu harus lebih tinggi dibandingkan inflasi.

Bagaimana cara melakukanya? Berinvestasi. Itulah satu-satunya cara. Jika kita menabung, nilainya pasti tergerus inflasi. Mengapa? Tingkat bunga tabungan lebih rendah dari tingkat inflasi. Terus menerus menabung sama saja menggerus daya beli kekayaan kita. Lebih baik terus menerus berinvestasi pada berbagai instrumen. Imbal baliknya lebih tinggi dari tingkat inflasi.

Sementara, elemen kedua eksistensi manusia berbicara soal kelayakan lingkungan (environmental feasibility). Lingkungan yang layak terdiri atas ekosistem yang lestari serta komunitas yang serasi. Ekosistem yang lestari adalah lingkungan alam yang seimbang. Khususnya antara produsen dan konsumen karbon. Sementara, komunitas yang serasi adalah lingkungan sosial yang bergotong royong. In that order.

Mengapa? Hanya ekosistem yang lestari mampu menjamin individu yang sehat jiwa dan raganya. Kesehatan inilah yang menjadi basis hubungan sosial yang lebih positif. Setelah hubungan itu terwujud, barulah terbentuk komunitas yang serasi. Maka dari itu, kita harus memiliki lingkungan alam yang lestari terlebih dahulu untuk mewujudkan kelayakan lingkungan.

Ketika kedua elemen ini digabung, kita menemukan satu kebutuhan manusia sebagai makhluk ekonomi. Kita membutuhkan sebuah instrumen investasi yang menjamin kelestarian ekosistem. Tanpanya, kehidupan kita di masa depan akan terancam oleh berbagai hal. Mulai dari polusi yang berlebihan sampai hujan asam.

Ternyata, penulis tidak sendirian dalam hal ini. Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menyadarinya. Maka dari itu, PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) di bawah Kementerian Keuangan menerbitkan green bond sebesar Rp 3 triliun. Green bond ini digunakan untuk membiayai infrastruktur energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, dan pengelolaan air bersih (Aldin dalam katadata.co.id, 2018).

Tetapi, green bond ini dinilai gagal. Mengapa? Hanya 29% dari pembeli green bond yang adalah green investor. Bahkan, Sri Mulyani sendiri yang menyatakan bahwa, "Green bond Indonesia belum benar-benar menggambarkan sebagai green bond." (Victoria dalam katadata.co.id, 2019). Maka dari itu, harus ada perombakan total terhadap green bond ini.

Menurut hemat penulis, pemerintah harus mengganti green bond dengan forest bond. Apa itu forest bond? Sederhananya, forest bond adalah obligasi yang diterbitkan untuk membiayai pelestarian hutan (Cranford dkk, 2011:6). Model pembiayaan ini membantu pemerintah untuk berfokus menyelesaikan masalah lingkungan terbesar kita. Yaitu menahan laju deforestasi di negeri kita.

Lantas, bagaimana forest bond dapat mendorong kelayakan finansial? Bagaimana forest bond dapat mendorong kelayakan lingkungan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline