Lihat ke Halaman Asli

RASTIKA

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Pelestarian Tradisi Bau Nyale di Lombok

Diperbarui: 25 Januari 2022   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

penasatu.com

Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyaknya pulau-pulau, adat-istiadat, budaya dan suku, salah satunya ialah suku sasak. Suku sasak merupakan suku yang berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Selain dikenal dengan tempat wisatanya yang banyak, Lombok juga dikenal akan tradisinya, salah satunya ialah tradisi Bau Nyale. 

Bau Nyale merupakan tradisi yang dilaksanakan masyarkat Lombok, khususnya masyarakat Lombok yang berada di daerah selatan. Namun berdasarkan pada sejarahnya, Bau Nyale berawal dari kisah Putri Mandalike yang memilih untuk menceburkan diri ke pantai saat harus memilih pangeran siapa sebagai suami. Masyarakat Lombok percaya bahwasanya Nyale merupakan jelmaan Putri Mandalike.

Bau Nyale berasal dari bahasa Sasak. Dalam bahasa Sasak Bau artinya menangkap dan Nyale merupakan nama sejenis cacing laut. Jadi sesuai namanya, tradisi ini ialah menangkap Nyale yang ada dilaut. Tradisi Bau Nyale merupakan sebuah kegiatan yang dihubung-hubungkan dengan kebudayaan setempat. 

Bau Nyale berawal dari legenda local yang melatarbelakangi yakni tentang seorang Putri Mandalike. Putrid Mandalike dikisahkan sebagai putrid yang cantik dan baik hati.

 Banyak raja dan pangeran yang jatuh cinta padanya dan ingin menjadikannya permaisuri. Hal tersebut membuat Putri Mandalike bingung, karena jika memilih salah satu dari raja dan pangeran, ia takut akan terjadi peperangan. 

Oleh karena itu, putrid pun lebih memilih mengorbankan dirinya dengan menceburkan diri ke laut dan berubah menjadi Nyale yang berwarna-warni. Karena hal itulah, masyarakat percaya bahwa dengan menangkap nyale dapat membawa kesejahteraan.

Bau Nyale dulunya hanya dilakukan begitu saja disetiap tahunnya. Datang dan bertujuan menangkap Nyale yang berlokasi di Pantai Seger desa Kute, Pujut, Lombok Tengah NTB oleh masyarakat Lombok terutama masyarakat yang berada di daerah selatan. Namun sekarang, Bau Nyale dikembangkan sebagai tempat wisata, mengadakan beberapa festival sehari sebelum tanggal Bau Nyale dan dijadikan sebagai tempat rekreasi dengan menghadirkan beberapa hiburan. Hal tersebut, selain bertujuan untuk memanggil lebih banyak masyarakat untuk bergabung, juga untuk menambah perekonomian masyarakat.

Melalui beberapa hal yang dikembangkan, khususnya melalui festival dapat mengingatkan generasi muda sasak akan sosok Putri Mandalika yang rela berkorban agar kedamaian tetap ada dan pertikaian dapat dihindari. Pengenalan akan tradisi Bau Nyale tidak berakhir pada pengenalan akan cerita, melalui treatrikal namun juga harus ikut gembira terhadap datangnya tradisi Bau Nyale. Dengan adanya festival untuk pelestarian juga sebagai wadah pengenalan akan latar belakang Bau Nyale, tidak mengubah dan mengubur nilai yang terkandung.

REFERENSI :

Fazalani, R., 2018. TRADISI BAU NYALE TERHADAP NILAI MULTIKULTURAL PADA SUKU SASAK. Fon: Jurnal Pendidikan Sastra Indonesia. 13(2).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline