Lihat ke Halaman Asli

BANYU BIRU

Guru | Pecandu Fiksi

Review Novel Zodias: Sang Penyembuh

Diperbarui: 22 Desember 2022   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Ada yang sudah pernah baca buku ini? Apa kesan pertama kalian?

Nah, sekarang saya berbagi kesan saya sekaligus komentar untuk buku ini.

  • Cover

Saya bukan tipe orang yang tahu tentang dunia game, tetapi ketika melihat cover ini, wow, ternyata tahun 2010, illustrator kita sudah hebat, ya (dalam hati ada keraguan). Setelah baca keseluruhan cerita, lah, kok saya justru tidak kenal dengan karakter ini? Contoh, karakter Aya. Ia digambarkan bermata cokelat atau Aeon bermata biru dan Efrum yang punya lesung pipi dan berambut cokelat. Ternyata, keraguan saya benar, cover di buku ini nempelin karakter di game dan itu buat saya patah hati. Ini melanggar hak cipta.

  • Setting

Yes, settingnya kurang jelas menurutku. Penulis memang membangun settingnya sendiri. Cuma yang bikin bingung, ini masih di bumi kitakah? Atau dunia yang lain? Dunia sihir atau dunia modern? Kenapa ada ponsel, mobil super canggih, kulkas, mereka punya bahasa sendiri tetapi kenapa tiba-tiba ada dialog tag menggunakan kata "spell" (hl.152) dan "jepret" (hl. 95), judul bab "about the hot gossip" (hl.49) (Tuhan, ini ganggu banget buatku), ada kata "interest" dan "nerd" (hl.29). Emang nggak bisa diganti ke bahasa Indonesia yang lebih baku? Saya toleransi dengan bahasa gaul di dalam dialog tetapi bukan di narasi (tetap memperhatikan genre dan target pasar).

Kalau memang settingnya di dunia modern yang ada kekuatan sihir dan teknologinya, ya boleh diberikan deskripsi jelas, misal perbedaan teknologi yang dipakai di Zierra dengan yang di bumi.

  • Fokus cerita

Zodias fokusnya kemana, sih? Kehidupan sekolah Aya dan kawan-kawan seperti Harry Potterkah atau bagaimana? Apalagi yang di cover seakan-akan mereka pakai seragam sekolah, tetapi kenapa fokusnya seakan ganti-ganti? Di mulai dari kehidupan sekolah, terus nanti fokus ke asmara para tokoh, pencairan identitas Aya, terus nanti ke perebutan kekuasaan hingga memicu perang.

Salah? Nggak salah-salah amat. Cuma, ini kan masih buku pertama, tetapi kenapa ada banyak cerita yang dimunculkan dan seakan tumpah tindih? ini bikin bingung.

  • Istilah dan footnote

Ada beberapa istilah yang senagaja diciptakan penulis dan diberikan nomor footnote tetapi justru penjelasan di footnote tidak ada. Setelah saya perhatikan ternyata penjelasan istilah ada di glosarium. Glosarium pun tidak diberikan angka maupun urutan sesuai huruf. Lalu bagaima cara mencocokkan dengan mudah? Apa gunanya nomor footnote dan glosariumnya?

  • Ending

Jujur secara cerita, aku masih bisa menikmati, bahkan saya akui saya menyukainya. Saya terpancing untuk mengikuti alur cerita terlepas kekuarangan yang sudah saya sampaikan. Seperti pada umumnya, ending cerita pasti mengambang. Kalau nggak begitu, pasti kita nggak penasaran untuk baca buku keduanya, toh?

Cuma... kok saya tidak menemukan bukunya di marketplace bahkan secuil informasi di google?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline