Lihat ke Halaman Asli

(Mimpi) Pendidikan Murah dan Berkualitas

Diperbarui: 4 Maret 2019   11:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pesan salah seorang warga kepada kedua kandidat presiden yang disampaikan melalui Surat Pembaca Pikiran Rakyat Edisi 27 Februari 2019 hendaknya menjadi pengingat bagi pemimpin terpilih untuk lebih memperhatikan kepentingan rakyat yang dipimpinnya. 

Keluhan terkait sulitnya mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas dengan harga yang relatif terjangkau menjadi salah satu persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia saat ini. 

Selain itu rumitnya persyaratan yang harus dipenuhi menjadi hambatan tersendiri bagi sebagian anak Indonesia untuk menimba ilmu demi meraih cita -- citanya. 

Ketertinggalan dari negara -- negara lain pun akan tetap dialami oleh Indonesia apabila pemimpin yang akan datang nyatanya tidak mampu membuat berbagai terobosan dalam mempermudah akses layanan pendidikan yang berkualitas.

Adapun bermunculannya sekolah-sekolah favorit yang lebih dikenal dengan Sekolah Bertarif Internasional (SBI) serta Sekolah Infaq Tingi (SIT) merupakan jawaban atas kebutuhan sebagian masyarakat akan hadirnya lembaga pendidikan yang benar-benar mampu memberikan layanan yang berkualitas. 

Dengan sarana pembelajaran yang memadai dan didukung oleh tenaga-tenaga pengajar pilihan, sekolah-sekolah semacam ini pun menjadi rebutan para orangtua saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tiba. Seleksi yang super ketat dan harga tiket masuk selangit rupanya tak menyurutkan animo orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah tersebut. 

Sebaliknya, jumlah pendaftar semakin meningkat dari waktu ke waktu dan membuat sebagian sekolah terpaksa menambah daya tampungnya. Tak heran apabila kedua tipe sekolah tersebut dianggap sebagai "ancaman" bagi eksistensi sekolah lain di sekitarnya.

Di tengah pesatnya perkembangan yang dialami oleh SBI dan SIT, kondisi sebaliknya justru dirasakan oleh sekolah-sekolah yang dikelola oleh pemerintah. Berbagai persoalan harus dihadapi oleh para guru maupun kepala sekolah dalam menyelenggarakan proses pendidikan di lembaganya. 

Adapun persoalan sarana serta keterbatasan jumlah dan kualitas tenaga pengajar merupakan persoalan utama yang paling dirasakan oleh sekolah-sekolah yang berada di bawah "kendali" pemerintah tersebut. Berbagai program strategis maupun inovasi yang akan dilakukan pun kerap kali terhambat akibat keterbatasan anggaran. 

Dalam kondisi seperti ini, sebagian besar kepala sekolah lebih memilih untuk bekerja seadanya daripada berusaha sekuat tenaga untuk memajukan lembaganya namun pada akhirnya harus berakhir di balik jeruji besi.

Perbedaan kualitas layanan pendidikan yang diberikan oleh SBI maupun SIT dengan sekolah negeri pada akhirnya melahirkan semacam kastanisasi dalam dunia pendidikan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline