Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Guru Pembelajar

Diperbarui: 21 Desember 2015   08:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinamika yang terjadi dalam dunia pendidikan sudah selayaknya dijadikan sarana oleh setiap pendidik untuk mengasah kompetensi sesuai dengan bidang profesi yang digelutinya. Beragamnya tantangan yang harus dihadapi hendaknya disambut dengan penuh rasa optimisme serta keinginan kuat untuk mempersembahkan performa terbaiknya. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan karakteristik antar generasi merupakan tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh pendidik yang hidup di era milenium ini.

Adapun rendahnya kompetensi (sebagian) guru dirasakan masih menjadi ganjalan bagi bangsa ini untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lainnya. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, dari 1,6 juta guru yang mengikuti Uji Kompetensi Guru (UKG) pada tahun 2012 lalu, lebih dari 80 persennya memperoleh nilai di bawah 50 dari rentang nilai 0 – 100. Tak heran apabila banyak pihak yang mulai mempertanyakan efektivitas program sertifikasi guru yang digulirkan sejak beberapa tahun silam itu.

Rendahnya kompetensi (sebagian) guru tersebut tentunya berpengaruh terhadap kualitas lulusan yang dihasilkan. Berdasarkan laporan dari Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF), kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia pada tahun ini menempati urutan ke – 69 dari 124 negara yang diteliti. Hal ini tentu saja menjadi sebuah ironi di tengah melimpahnya jumlah tenaga guru serta semakin meningkatnya anggaran pendidikan dari waktu ke waktu. Pada tahun lalu saja anggaran untuk pendidikan naik sebesar 7,5 persen dari Rp 345,3 triliun menjadi Rp 371,2 triliun atau setara dengan 20,67 persen APBN.

Buramnya potret dunia pendidikan tersebut antara lain disebabkan oleh kurangnya minat para pendidik untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya. Padatnya rutinitas harian yang cukup menyita waktu serta besarnya biaya yang diperlukan menjadi alasan utama bagi mereka untuk tetap berada di “zona nyaman”. Kondisi ini diperparah dengan minimnya upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan kompetensi para guru yang mengabdi di wilayahnya. Sebagian besar program pemda masih berfokus pada pembangunan fisik namun di saat yang sama justru mengabaikan peningkatan kualitas sumber daya manusianya.

Agar setiap pendidik mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, diperlukan tekad yang kuat untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya dari waktu ke waktu. Mempelajari hal-hal baru yang berkaitan erat dengan dunia pendidikan, mutlak dilakukan oleh pendidik yang memiliki pandangan jauh ke depan. Ruang kelas tidak lagi hanya dipandang sebagai tempat mereka mengajar melainkan juga sarana untuk belajar sebagaimana yang dilakukan oleh peserta didiknya.

Adapun pemerintah pusat diharapkan mampu bersinergi dengan pemerintah daerah dalam memfasilitasi para guru untuk dapat meningkatkan kompetensinya. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan hendaknya benar-benar didasarkan pada kebutuhan guru di lapangan. Dengan demikian, guru pun akan mampu menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang.

 

Ramdan Hamdani

 

www.pancingkehidupan.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline