Lihat ke Halaman Asli

Dr. Raiders Salomon Marpaung.

Guru Olahraga Purna Tugas

Pengurangan Risiko Bencana

Diperbarui: 5 Februari 2019   01:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dok: news.okezone.com)

Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat bencana alam yang cukup tinggi di dunia. Bencana tersebut antara lain mulai dari gempa bumi, gunung meletus, banjir, longsor, tsunami, angin topan hingga kebakaran hutan dan kekeringan.

Struktur daratan Indonesiapun rawan bencana. Terdapat 128 gunung berapi yang masih aktif. Setiap tahun, beberapa provinsi di Indonesia menderita banjir bandang dan banjir lumpur parah. Sementara itu beberapa daerah lainnya rawan kekeringan yang dapat berakibat gagal panen dan kebakaran lahan yang tak dapat dikendalikan.

Dengan lebih dari 5000 sungai, dan 30% nya melalui daerah padat penduduk, maka Indonesiapun menjadi negara yang sering dilanda banjir. Banjir timbul jika air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir merupakan bencana alam yang sebagian besar disebabkan oleh perbuatan manusia yang tidak bertanggungjawab.

Secara umum, penyebab terjadinya banjir antara lain: 1.Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi. 2.Pendangkalan sungai akibat membuang sampah ke aliran sungai atau gorong-gorong. Hal ini dapat menyumbat saluran air ketika hujan deras. 3.Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat. 4.Pembuatan tanggul yang kurang baik sehingga tidak kuat menahan derasnya air. 4.Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.    

Selasa (22/1/2019) yang lalu banjir itu pun datang lagi menerjang kota Makassar Sulawesi Selatan yang menyebabkan 69 orang meninggal dunia, 7 orang hilang, 48 orang luka-luka, dan 9.429 orang mengungsi.

Selain itu, banjir juga mengakibatkan sebuah jembatan dan sejumlah rumah warga hanyut terseret arus deras aliran sungai Jeneberang. 559 unit rumah rusak, 22.156 unit rumah terrendam, 13.808 hektare sawah terendam banjir, 34 jembatan rusak, dua pasar rusak, 12 unit fasilitas peribadatan rusak, dan 65 unit sekolah rusak.

Banyak penelitian yang dilakukan oleh para pakar, Pada umumnya penelitian tersebut hanya dilakukan terhadap fisik alamnya. Jarang penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat di wilayah rawan bencana.

Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai bencana alam, masyarakat perlu diberi penerangan dengan berbagai informasi mengenai bahaya dan cara menghadapi bencana. Untuk itu, sudah sepatutnya Pendidikan sadar bencana dan pengurangan risiko bencana dilaksanakan bagi seluruh masyarakat Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline