Lihat ke Halaman Asli

Rahmat Suradi

Mahasiswa

Gaya Investasi Defensif Gen-Z pada Bank Big Cap

Diperbarui: 8 November 2022   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia Investasi (Sumber gambar: Netralnews)

Semenjak pandemi covid-19 yang merebak pada tahun 2019-2021 lalu, seluruh dunia mau tidak mau harus bertransformasi lebih cepat dengan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari. 

Begitu juga dengan dunia investasi, semenjak adanya pameo "work from home" (wfh), banyak muncul sekuritas-sekuritas yang menggandeng influencer untuk menggaet perhatian anak muda, terutama Gen Z. Sebut saja perusahaan sekuritas seperti Stockbit, Panin, Bibit, Ajaib dan lain-lain. Sekuritas tersebut bersaing secara ketat satu sama lain dengan berbagai strategi yang dilakukan guna mendapatkan investor baru dari kalangan Gen Z.

Sebab Gen Z adalah segmentasi paling menjanjikan dalam jangka waktu yang cukup panjang ke depannya. Meningkatnya minat para anak muda ini terhadap investasi juga tak terlepas dari peningkatan penggunaan smartphone selama stay at home. Hal ini membuat saham sebagai salah satu instrumen investasi yang populer mulai uptrend.

Nah, karena Gen Z adalah generasi yang terbiasa hidup dalam dunia serba digital, mayoritas dari mereka memiliki karakter berinvestasi defensif. Seperti tidak ingin repot, tidak ingin banyak resiko, dan berorientasi pada media dalam berinvestasi. 

Tentu saham yang dijuluki bluechip adalah salah satu kelompok saham yang bisa direkomendasikan oleh para influencer saham. Sebab saham blue chip ini adalah saham dengan big cap yang sangat besar dan cenderung stabil secara harga. Namun, lebih mahal dan tidak cocok untuk melakukan trading demi mendapatkan keuntungan (gain) dalam jangka waktu yang pendek.

Diantara beberapa saham bluechip itu yang populer adalah saham sektor perbankan dengan big cap besar, seperti Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, dan Bank BCA. 

Jadi, saham-saham dari perusahaan perbankan inilah yang menjadi alat bagi para influencer untuk mempengaruhi Gen Z untuk mau berinvestasi di sekuritas yang Ia promosikan. Namun, dalam berinvestasi tentu kita tidak hanya asal memilih diantara beberapa saham yang sudah direkomendasikan. 

Ada beberapa konsiderasi yang bisa dipikirkan secara matang sebelum berinvestasi, salah satunya adalah dengan melakukan analisis fundamental, yaitu menganalisis sebuah perusahaan secara menyeluruh untuk melihat kuat atau tidak fondasinya. 

Kemudian, jangan takut cutloss, dan pasang target profit yang lumayan, bukan luar biasa. Khusus untuk analisis fundamental tentu hal ini tergolong ribet bagi investor pemula, misalnya Gen Z. 

Oleh karena itu, dalam artikel ini kita berusaha belajar untuk menilai suatu perusahaan secara bertahap. Kita bisa memulai dengan merencanakan untuk membeli saham dari perusahaan yang kita kenal. Ini disebut sebagai hukum Lynch, dimana kita bisa mengalahkan para pakar dengan berinvestasi pada perusahaan yang sudah kita pahami dan kenal. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline