Lihat ke Halaman Asli

Rafly Reksa Bekti

Mahasiswa Universitas Mercu Buana | Fakultas Teknik Sipil

Kebatinan Mangkunegara IV Pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

Diperbarui: 23 Februari 2025   21:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 (Sumber: Dokumen Pribadi))

 (Sumber: Dokumen Pribadi))

 (Sumber: Dokumen Pribadi))

 (Sumber: Dokumen Pribadi))

 (Sumber: Dokumen Pribadi))

 (Sumber: Dokumen Pribadi))

 (Sumber: Dokumen Pribadi))

 (Sumber: Dokumen Pribadi))

 (Sumber: Dokumen Pribadi))

 (Sumber: Dokumen Pribadi))

 (Sumber: Dokumen Pribadi))

 (Sumber: Dokumen Pribadi))

WHAT

Apa itu Mangkunegara IV

Mangkunegara IV, yang bernama asli KPH Gandakusuma, lahir pada tahun 1819. Ia menerima pendidikan yang luas, termasuk dalam bidang sastra Jawa, studi Islam, dan bahasa asing. Pada tahun 1839, pamannya, Mangkunegara III, meninggal dunia tanpa meninggalkan ahli waris laki-laki. Alhasil, Mangkunegara IV naik takhta dan memimpin Kadipaten Mangkunegaran. 

Mangkunegara IV, yang bertahta dari tahun 1853 hingga 1881, merupakan penguasa keempat dari Kadipaten Mangkunegaran, sebuah kerajaan kecil di Jawa yang terletak di wilayah Surakarta. Ia dikenal sebagai pemimpin yang cerdas, visioner, dan modernis, yang membawa Mangkunegaran menuju masa keemasan melalui berbagai kebijakan inovatif. Relevansinya dalam konteks sejarah Indonesia terletak pada perannya dalam memajukan ekonomi, seni budaya, dan pemerintahan di wilayahnya, serta pengaruhnya terhadap perkembangan Jawa dan Indonesia secara keseluruhan.

Prinsip-Prinsip Kepemimpinan dalam Serat Wedhatama oleh Mangkunegara IV Serat Wedhatama karya Mangkunegara IV mengandung banyak ajaran moral dan kebijaksanaan yang relevan untuk kepemimpinan. Berikut adalah beberapa prinsip utama yang diajarkan dalam karya ini:

1. Eling lan Waspada

Selalu ingat kepada Tuhan dan waspada terhadap sesama serta alam. Ini mencakup kesadaran vertikal (hubungan dengan Tuhan) dan horizontal (hubungan dengan sesama dan lingkungan). Seorang pemimpin harus selalu sadar akan tanggung jawab spiritual dan sosialnya, serta menjaga keseimbangan antara keduanya.

2. Atetambo Yen Wus Bucik

Jangan menunggu sampai terluka untuk berobat. Artinya, cegahlah masalah sebelum terjadi. Pemimpin harus proaktif dalam mengidentifikasi dan mengatasi masalah sebelum mereka berkembang menjadi krisis.

3. Awya Mematuh Nalutuh

Menghindari sifat angkara dan perbuatan nista. Jangan marah-marah tanpa alasan. Pemimpin harus mengendalikan emosinya dan tidak bertindak berdasarkan kemarahan atau kebencian.

4. Gonyak-Ganyuk Ngelingsemi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline