Lihat ke Halaman Asli

Peran Mahasiswa sebagai Pencegahan berita Hoaks di Sosmed

Diperbarui: 29 Mei 2021   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Hadirnya media sosial seperti facebook, instagram, line, whatsaap membuat kita lebih mudah mendapatkan informasi ketimbang dari media cetak seperti Koran dan majalah. 

Namun kemudahan yang kita peroleh ternyata membawa dampak yang serius. Media sosial ternyata menjadi tempat yang sumber tumbuhnya Hoax. Sejak Virus corona yang menjangkit Negara China dan sebagian besar Negara-negara didunia termasuk Indonesia. Banyak sekali temuan berita mengenai virus tersebut yang ternyata merupakan informasi palsu.

Seperti contoh yang baru saja viral yaitu isu vaksin COVID-19 mengandung magnet tentunya hal ini bagi masyarakat yang percaya akan semakin was – was terhadap vaksin di Indonesia. 

Dalam sebuah unggahan video di media sosial whatsapp seorang disuntik vaksin di bagian lengan bekas suntikan vaksin COVID-19 ditempelkan uang logam. Hasilnya, uang tersebut menempel di lengan penerima vaksin, spekulasi kemudian muncul usai video itu beredar. Ada narasi vaksin COVID-19 mengandung microchip magnetis sehingga tubuh bereaksi.

Dengan adanya berita hoax tersebut pemerintah langsung bertindak dengan cepat, ditegaskan oleh Ahli fisika dari National High Magnetic Field Laboratory Amerika Serikat Eric Palm menegaskan tidak mungkin ada microchip magnetis yang terbawa dalam suntikan vaksin COVID-19. Ukuran jarum vaksin yang sangat kecil, yakni sepersekian milimeter, hanya akan mampu membawa partikel magnetis dengan kadar yang sangat rendah. 

Bahkan jika menyuntikkan partikel yang sangat magnetis, ukurannya akan sangat kecil, sehingga tidak akan ada kekuatan yang cukup untuk benar-benar menahan magnet yang menempel di kulit kita. Kita ketahui bahwasanya vaksin COVID-19 pada dasarnya terdiri dari protein dan lipid, garam, air, dan bahan kimia yang menjaga pH, dengan kandungan yang ada, tidak ada bahan apa pun yang dapat berinteraksi dengan magnet.

Dapat disimpulkan bahwa berita viral vaksin COVID mengandung magnet adalah hoax. Terkait video viral yang memperlihatkan menempelnya uang logam pada permukaan kulit disebut akibat cairan keringat.

Maka sikap mahasiswa tidak mudah tergiring oleh opini yang beredar di media sosial. Tidak mudah percaya pada informasi yang sedang diperbincangkan di masyarakat. Sebab mahasiswa memiliki sikap kritis dalam melihat setiap persoalan yang terjadi di sekelilingnya. Tidak boleh apatis atau menerima apa adanya tanpa menganalisis, menelaah terlebih dahulu setiap berita yang dikonsumsinya. Sudah menjadi kewajiban besar mahasiswa dalam membawa masyarakat menuju perubahan ke arah yang lebih baik.

Dalam Menjaga kenyamanan masyarakat terkait maraknya hoax virus tersebut ada beberapa hal yang perlu mahasiswa lakukan yaitu dengan cara menyebar luaskan konten yang sesuai dengan fakta atau dapat juga menyebarkan berita hoax ini kepada masyarakat agar tidak terprovokasi oleh berita hoax ini. 

Mahasiswa harus benar-benar menjadi filter ditengah-tengah masyarakat. Memberikan informasi yang kredibel bagi masyarakat. Menjadi tameng dalam mencegah hoax corona yang mencoba merusak ketertiban masyarakat Indonesia. Sehingga akan meredakan sifat was – was mereka terhadap vaksin 19 ini.

Mengingat canggihnya media sosial tersebut, dapat dimanfaatkan sebagai wadah untuk menyebarkan berita yang valid kepada masyarakat , karena saat ini masih pandemi sosialisasi di masyarakat pun tidak dapat dilaksanakan oleh karena itu saya sebagai mahasiswa mengajak untuk mencegah berita hoax di media sosial. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline