Lihat ke Halaman Asli

Operariorum

Marhaenism

Problematika Matriarki Kontemporer

Diperbarui: 27 Januari 2021   15:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Melihat realitas yang ada sekarang dapat dianalisis bahwa terdapat makronya problematika yang dihadapi oleh perempuan mulai dari sudut pandangan pengakuan atas keberadaanya dan eksistensinya dalamm realitas baik itu dalam segi pendidikan, pekerjaan, politik, bahkan dalam rumah tangga. Bukan hanya itu saja masi dijumpai dalam praksisnya perempuan dilihat dengan mata sebelah, dan tidak mendapatkan pengakuan dengan alibi para patriarki lebih mendominasi dalam structural realitas, hal-hal yang seperti ini telah menjadi rekayasa sosial yang mendahrah daging.

Merubah keadaan realitas tidak semudah membalikan telapak tangan para matriarki harus menunjukan eksistensinya dalam realitas baik itu berupa pendidikan formal yang didapatkan dalam dunia akademis dapat dia praksiskan dalam mengemabangkan paradigmanya untuk saling menompang dan membantu sesama perempuan tidak hanya itu saja, kita juga membutuhkan agitasi dan propaganda sehingga nantinya akan membentuk pergerakan perempuan yang nantinya dilirik oleh realitas bahwa perempuan memiliki eksistensi dalam realita. Matriarki harus memiliki paradigma yang militan dan memiliki progres.

Jangan hanya dalam paradigmanya jangan pragmatis hanya memikirkan dapur, sumur dan kasur. Jika itu saja yang berada didalam paradigmanya maka tidak aka nada perubahan terlebih dalam proses rekonturksi berfikir dia menjadikan itu sebagai sesuatu yang tidak boleh dibantahkan dengan alibi "menentang realitas". Paradigma seperti itu harus di hilangkan bahkan harus dimatikan, jika tidak maka tidak akan terciptanya kemajuan.

Tidak hanya itu saja perempuanpun harus mengerti akan dunia politik sehingga dia akan paham bagaimana menjalin relasi dengan yang lain dan menjadi pemimpin. Harus dihilangkan paradigma yang menganggap bahwa dunia berpolitik itu kejam dan yang lebih memahami itu hanyalah patriarki sehingga matriarki tidak memiliki wewenang untuk masuk dalam ranah tersebut, itu problematika yang terstruktur sedari kecil dan terbawa samapai saat ini , dalam paradigma matriarki yang tidak menganalisis dunia berpolitik mereka akan beretorika bahwa politik itu tidak lain dan tidak bukan hanyalah sebuah lingkaran setan, sehingga menjadi utopis bahwa perempuan yang  masuk dalam dunia berpolitik merupakan perempuan garis keras bahwa perempuan yang pembangkang dan melawan realitas sosial.

Pada hal jika ditinjau dan dilihat dari sudut pandnag lain, politik bukan hanya saja yang dilihat di media-media bahwa politik itu hanya dimiliki oleh penguasa, paradigma itu salah. Cobalah melihat dari sudut pandnag lain bahwa politik itu artinya kamu menjadi relasi, bekerja sama, ketika seorang pembeli d penjual melakukan transaksi jual beli itu dinamakan pula politik, seseorang yang bekerjasama dengan seseorang itupun dinamakan politik. Jangan melihat politik dari sudut pandang stigma negative apalagi pragmatis, pemaknaan politik itu makro.

Dalam bekerja jarang sekali perempuan memiliki posisi krusial dalam pekerjaannya, pada hal matriarki memiliki integritas serta dedikasi yang begitu makro bahkan jika dibandingkan dnegan patriakri matrriarki meupakan makhluk yang sangat teliti, melihat hal-hal yang detail yang tidak dilihat oleh patriarki bahkan dibandingkan secara akademikisi matriarki memiliki intelektualitas yang cerdas namun mengapa matriarki tidak dapat ditempatkan yang krusial dalam menangani suatu pekerjaan, lagi-lagi itu karna kepragmatisan yang telah terstruktur oleh masyarakat kita sekarang ini bahwa matrairki tidak lain dan tidak bukan hanyalah pihak kedua dalam sektor apapun itu, jarang sekali perempuan diangkat menjadi seorang ketua, mengapa demikian terjadi, kurangnya legitimsi yang didapatkan oleh maneuver matriarki dalam relasi sosial. Paradigma universal yang berkembang bahwa perempuan hanya utinitas dan tidak memberikan infleksi didalam realitas.   

Dalam keluarga patriarki selalu menjadi objek kepemimpinan sehingga apa yang dilakukan oleh para patriarki selalu dianggap benar dan lebih mendominasi pada hal yang seharusnya terjadi adalah dua belak pihak ini baik patriarki dan matriarki memiliki kedudukan yang sama dalam beterorika dalam memberikan usulan dan pandangan.

Tidak ada salahnya mendangarkan usulan dari matriarki memnagnya jika kamu mendengarkan dan mempraksiskan usulan yang diberikan matriarki kamu akan jatuh begitu harga dirinya tentu saja tidak. Malah dua belak pihak ini memiliki dedikasi dan eksistensi yang krusial dalam rumah tangga, dapat memenuhi kelemahan yang ada dan membantu kekurangan-kekurannya, tidak hanya itu saja dalam realitasnya perempuan yang bekerja didalam rumah tangga dianggap tidak dapat mengurus anaknya dengan baik pada hal yang terjadi tidaklah seperti itu masi makronya permeouan yang dapat membagikan antara pekerjaan dan keluarga, namun kenapa yang selalu dilihat hanyalah dari stigma negative yang selalu menyalahkan matriarki tidak baik bekerja, paradigma seperti ini harus dimatikan, jangn beralibi bahwa perempuan hanya bisa Dapur, Sumur dan Kasur. Yang harus ditinjaulagi bahwa perempuan harus progress harus militant jangn bergantung pada laki-laki.

Berdiskursus secara Realitas saja Realistik . Rasionalisasinya gini Mengapa makronya Wanita Dipoligami dia mau saja karna tidak ada pilihan lain selain itu , saya yakin sebenarnya dia hanya mau monogamy saja mereka tdk mau dipoligami namun karna ada sebuah Afiliasi Kekuasaan dimana perempuan yang sejak awal tdk punya pekerjaan tetap akan melakukan ketergantungan atau benalu, jika dia tdk mau dipoligami maka tdk ada lagi jalan untuk mencari penghidupan logistik karna balik lagi dipremis pertama bahwa dia tdk punya pekerjaan tetap untuk  mempertahankan hidup . Namun jika perempuan telah MANDIRI , INDEPENDEN , and BERDIKARI . Hal seperti ini sdh tidak ada lagi perempuan tdk mendapatkan pengekangan dengan alibi bahwa nnti saya akan hidup and penghidupan dari mana lagi selain dari Suami saya Peremuan telah dapat mengambil justifikasi konkrit mengenai kehidupannya .

maka dari itu permpuan haruslah MANDIRI, perempuan harus INDEPEN, perempuan harus BERDIKARI, jika perempuan tidak MANDIRI, INDEPENDE dan BERDIKARI maka bersiplah dia akan mudah untuk diintimidasi dalam ranah realitas sosial maupun dalam realitas kehidupan.

Tidak hanya itu saja saya mendapatkan contoh kasus naiknya angka perceraian ada salah satu lembaga perlindungan perempuan dimana kasusnya ialah dalam melakukan hubungan seksual laki-laki lebih mendominasi dibandingkan perempuan, sehingga perempuan merasa dalam melakukan hubungan seksual dia diintimidasi dan tidak mendpatkan kebebasan, pada hal, hal-hal seperti ini dapat dikompromi dahulu sehingga tidak adanya ketimpangan dalam hubungan seks suami dan istri.

Judul : Problematika Matriarki  Kontemporer




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline