Lihat ke Halaman Asli

Priyo Joko Purnomo

Hello, World!

Legenda Totok Kerot Kediri

Diperbarui: 20 Agustus 2020   22:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Duh, Gusti, malang sekali nasib hamba. Apa salah hamba? Apa kurangnya hamba? Niat hati ingin segera diperistri, tapi jodoh tak kunjung tiba. Karma apa yang harus hamba tanggung, Gusti?" batin Sang Putri.

Sedari siang, Sang Putri hanya melamun. Dia duduk di atas bongkahan karang di tepi pantai. Tatap matanya kosong. Raut wajahnya pucat lesu. Tak ada satu pun pengiring Sang Putri yang berani menegurnya.

Siang hampir berganti petang. Langit biru di atas Pantai Serang itu semakin menguning kemerahan. Hembusan angin terus menyibak rambut Sang Putri hingga menjatuhkan bunga kamboja yang terselip di atas daun telinga kanan Sang putri. Cuaca yang awalnya panas perlahan menjadi dingin. Namun, Sang Putri tetap saja duduk termenung bagai tak berdaya. Menangislah Sang Putri dalam hanyut sedihnya.

"Nduk, mari pulang ke istana. Hari sudah beranjak petang. Jangan terhanyut dalam kesedihan, Nduk. Raja dan Ratu pasti sedang cemas menanti kepulangan Tuan Putri," sapa inang.

Inang terus menenangkannya. Para pengiring yang lain bergegas menyiapkan pedati untuk pulang ke istana. Dengan kesedihan yang masih terbendung, Sang Putri akhirnya menerima ajakan pulang inangnya. Pedati telah siap, payung telah terkembang, barisan pengiring pun telah rapat untuk mengawal Sang Putri.

"Mbok, bolehkah kita mampir sebentar ke Candi Bacem? Saya ingin sembahyang dulu, Mbok,"

"Iya, Nduk, nanti kita mampir sebentar di Candi Bacem,"

Pedati terus melaju dari ujung selatan daratan Lodaya ke arah utara menuju istana. Di tengah perjalanan, rombongan Sang Putri berhenti sejenak di Candi Bacem. Sang Putri rupanya ingin bersembahyang, memanjatkan doanya kepada Dewata Agung. Kerbau yang menarik pedati Sang Putri pun berhenti tepat di depan pintu masuk Candi Bacem.

Sang Putri lekas turun dari pedatinya dan segera naik ke tempat persembahyangan. Ia memejamkan matanya seraya memanjatkankan doa kepada Dewata Agung. Di depannya tampak beberapa tembikar berisi sesaji dan dupa yang ditinggalkan oleh orang-orang yang datang sebelumnya. Usai berdoa, Sang Putri menggandeng tangan inang untuk diajaknya mengelilingi candi. Mereka terhenti di depan guci besar dengan ukiran indah yang berisi kisah pengadukan Samudramanthana oleh para Dewa dan Asura.

"Mbok, kenapa para Dewa dan Asura beramai-ramai mengaduk Samudramanthana?" tanya Sang Putri.

"Karena mereka merebutkan air amerta yang ada di bawah Samudramanthana, Nduk," jawab inang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline