Lihat ke Halaman Asli

Pringadi Abdi Surya

TERVERIFIKASI

Pejalan kreatif

Debu

Diperbarui: 12 Mei 2021   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Debu. Sumber: Minews ID

I

Selamanya, kita adalah musafir. Segala kisah yang hadir
dalam perjalanan adalah bagian dari takdir. Semesta
mengembang. Bintang-bintang meledak dan bersinar.
Kita tunduk dan pasrah hingga sampai ke tujuan. Dan
menikmati pergantian siang dan malam, menikmati
pemandangan yang kita tinggalkan. 

Ada kalanya terasa dahaga. Memicu fatamargana, setelah
jam-jam yang berlalu, melewati padang pasir dan terik
matahari seakan-akan sekilan dari ubun-ubun. Ini belum
padang Mahsyar. Belum akan mengantre, terseok-seok
menunggu segala perbuatan ditimbang. Tidak usah khawatir
di sinilah segala keadilan akan ditegakkan.

II

Kita kotor. Tapi tak ada air.

Hanya debu. Dan setiap angin membawanya, melengketkannya
ke tubuh kita. Tak ada waktu membicarakan kekotoran
orang lain. Sebab yang harus kita sadari, betapa dekat kita
dengan kekotoran.

III.

Tak akan sampai mencari Gangga
Matahari telah terbenam
setelah doa-doa diucapkan.

Hanya kemudian kita raba, yang tersedia
Apa yang debu mampu suci dan mensucikan

IV.

Kita tidak pernah tahu kapan perjalanan ini akan berakhir.
Kita tidak pernah tahu apa akan disampaikan.

(2021)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline