Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Apakah Sudah Saatnya E-Sports Masuk Kurikulum Pendidikan Kita?

Diperbarui: 29 Januari 2019   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: viewsonic.com

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi berpendapat esports harus dimasukkan dalam kurikulum pendidikan.

"Kurikulum harus masuk di sana, pelathhnya harus masuk di sana. Kalau sudah seperti itu, tentu harus bekerja sama, harus kolaborasi," kata Imam Nahrawi, Senin (28/01/2018) dikutip dari CNN Indonesia.

Pendapat Menpora ini seiring dengan semakin maraknya perkembangan e-sport di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Bahkan, esports sudah masuk dalam cabang olahraga yang dipertandingkan di Asian Games 2018 lalu meskipun baru sebatas eksibisi.

Imam Nahrawi juga mengatakan, Kemenpora sudah menyiapkan anggaran sebesar 50 milyar rupiah untuk menggelar kompetisi-kompetisi esports di level sekolah. Anggaran ini diharapkan sudah cair setidaknya setelah event Piala Presiden esports 2019 berakhir.

Esport, atau electronic sport adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan kompetisi bermain video game. Dunia e-sports profesional telah meledak selama beberapa tahun terakhir dan diperkirakan akan mencapai nilai hampir 5 miliar dolar dengan jumlah peminat global hampir 600 juta orang pada tahun 2020. Di Amerika Serikat, final League of Legends menjadi acara olahraga yang paling banyak ditonton dibawah acara Superbowl.

Dengan semakin booming-nya esports di kancah global, apakah sudah saatnya pemerintah kita memasukkan esports dalam kurikulum pendidikan?

Hingga saat ini, belum ada satu pun negara yang memasukkan esports dalam kurikulum pendidikan nasional. Di Amerika Serikat saja, belum ada satu negara bagian yang menyetujui bermain gim dianggap sebagai "olahraga resmi" yang bisa dimasukkan dalam mata pelajaran olahraga di sekolah.

Meskipun begitu, wacana untuk memberlakukan esport sebagai salah satu jenis "olahraga" di sekolah terus diupayakan oleh beberapa sekolah dengan membentuk klub e-sport. Selain itu, juga ada beberapa organisasi e-sport lintas sekolah seperti High School Esports League (HSEL), High School Starleague (HSL) dan Youth Esports of America (YEA) yang giat melobi sekolah-sekolah supaya esports bisa dimasukkan dalam kategori olahraga sekolah, seperti basket atau sepakbola.

Karena itu, wacana yang dilontarkan Menpora Imam Nahrawi supaya e-sport bisa dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di negara kita masih terlalu jauh untuk bisa segera direalisasikan. Wacana tersebut setidaknya harus dipersempit dahulu, kurikulum pendidikan mana yang dimaksud oleh Menpora? Apakah kurikulum pendidikan dasar, menengah atau tinggi?

Harus diakui, di dalam e-sport ada keterampilan dan nilai-nilai positif yang bermanfaat bagi para siswa. Esports tidak sekedar bermain gim saja.

Mengutip dari HSEL, "Esports membutuhkan banyak komunikasi dan koordinasi di antara para atlet. Ini memungkinkan mereka untuk berinteraksi lebih dalam dan melatih komunikasi yang efisien. Keterampilan ini diasah dalam permainan gim yang bisa menyiapkan siswa seumur hidup."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline