Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Artikel Utama

Apakah Sudah Saatnya E-Sports Masuk Kurikulum Pendidikan Kita?

29 Januari 2019   08:57 Diperbarui: 29 Januari 2019   13:54 12389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: viewsonic.com

Di antara keterampilan yang dikembangkan melalui esports adalah: pemikiran strategis, kerja tim, kolaborasi, penetapan tujuan, persiapan, dan mengelola mental keberhasilan dan kegagalan - belum lagi refleks cepat.

Di luar itu, esport juga bisa memberi jalan bagi siswa untuk berkarir di beberapa bidang teknologi digital atau bisnis yang terkait esport lainnya. Seperti Pengembang Gim, Desain Grafis, Manajemen Tim Esport, Pemasaran Digital, Industri Video Streaming dan lainnya.

Jika yang dimaksudkan Menpora itu esport harus dimasukkan dalam kurikulum sekolah menengah hingga kurikulum pendidikan tinggi, wacana ini patut didukung. Namun, lebih tepatnya adalah dengan memasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan vokasi, bukan kurikulum pendidikan secara umum. Selain itu, esport juga bisa dimasukkan dalam kegiatan ekstra kurikuler di tingkat SMA maupun Unit Kegiatan Mahasiswa di perguruan tinggi.

Dengan demikian, siswa dari sekolah menengah pertama akan memiliki lebih banyak pilihan untuk mengembangkan minat dan bakat mereka.

Di tengah arus industri kreatif digital serta bisnis esport yang tengah meledak, memasukkan esport dalam kurikulum pendidikan memang perlu, tapi harus dipertimbangkan dengan matang.

Salah satu kendala utama dari konsekuensi dimasukkannya esport ke dalam kurikulum pendidikan adalah masalah sarana penunjang pendidikan. Esport membutuhkan fasilitas berteknologi tinggi. Komputer  atau perangkat keras yang high-end serta jaringan internet yang cepat. 

Apakah ini sudah bisa dipenuhi oleh pemerintah? Jangan sampai bila esport dimasukkan kurikulum, yang menikmati hanya kalangan tertentu saja yang secara ekonomi mereka bisa memiliki fasilitas seperti itu.

Yang lebih utama lagi, anak-anak siswa sekolah dasar dan menengah pertama (SD-SMP) belum saatnya dibekali kurikulum atau keterampilan bermain gim. 

Anak-anak seusia mereka masih harus dikuatkan terlebih dahulu karakter bangsa kita yang mencakup nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, kerja keras, kerja cerdas, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, senang membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, dan tanggung jawab. 

Nilai-nilai semacam itu masih belum bisa didapatkan secara penuh dari sebuah aktivitas esport.

Dikhawatirkan, jika kurikulum ini digeneralisasikan ke semua tingkat pendidikan, malah akan merusak pendidikan karakter yang saat ini sudah menjadi pondasi pendidikan nasional kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun