Lihat ke Halaman Asli

YANELIS PRASENJA

Tukang Sol Sepatu

Belanja Tanpa Uang? Apa Mungkin!!

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14295791581452199897

[caption id="attachment_361803" align="aligncenter" width="600" caption="Kartu Elektronik (Prasenja)"][/caption]

Belanja tanpa uang? Sepertinya tidak mungkin ya!! Namun sekarang, di era digital dan elektronik, semua bisa terjadi. Yang dimaksud belanja tanpa uang disini adalah dengan tidak menggunakan uang secara fisik berupa lembaran uang kertas atau uang coin, namun dapat menggunakan debit atau kartu kredit yang dikeluarkan bank. Sebenarnya banyak keuntungan dari menggunakan uang elektronik antara lain menghemat biaya pengelolaan uang seperti: perencanaan, pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan, serta pemusnahan oleh Bank Indonesia (BI), kerepotan dalam bertransaksi dalam jumlah yang besar, menjauhkan dari tindakan kriminal (pencucian uang, terorisme, rampok, begal dan lain sebagainya) serta Perencanaan ekonomi semakin akurat karena transaksi yang tercatat mengurangi shadow economy.

Sejak dicanangkannya Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) pada tanggal 14 Agustus 2014 oleh Bank Indonesia, pembayaran non tunai untuk berbagai transaksi kini lebih dimudahkan. BI dan Pemerintah sudah memperluas akses layanan keuangan serta memberikan edukasi kepada masyarakat.

Amu, seorang PNS yang tinggal di Bogor dan beraktivitas ngantor menggunakan jasa KRL pun menuturkan bahwa penggunaan uang elektronik sudah diberlakukan di KRL Jabodetabek sejak tahun lalu saat mulai dicanangkannya GNTT tersebut. “Menggunakan Commet (karcis elektronik) jadi lebih praktis, kalau terburu-buru tidak harus antri lama dan menunggu uang kembalian yang merepotkan.” Tutur Amu.

[caption id="attachment_361804" align="aligncenter" width="515" caption="Pengguna uang elektronik memamerkan kartunya. (Foto oleh Prasenja)"]

1429579279712859263

[/caption]

Lain halnya Yanto, seorang pedagang yang menggunakan kartu debit hanya untuk memudahkan dalam pengambilan uang di ATM. “Saya tidak gunakan kartu ATM (kartu debit, red) untuk belanja, karena distributor barang dagangan saya masih menggunakan uang cash, dan para pelanggan saya pun golongan menengah kebawah. Cara konvensional-lah yang kami anggap lebih praktis.” ujar laki-laki pedagang gas elpiji dan air isi ulang. “dulu saya gunakan kartu ATM untuk transfer uang ke anak saya yang kuliah di Jogja, sekarang sudah lulus, sudah jadi sarjana dan gak perlu lagi uang dari saya.” Tambah Yanto seraya tertawa.

Kemudahan transaksi menggunakan uang elektronik lainnya yaitu mempermudah transfer dana lebih cepat dan tanpa antrian di teller seperti yang dilakukan Yanto tersebut. Kepraktisan-kepraktisan seperti inilah yang harus lebih disosialisasikan sampai akar rumput dan meningkatkan keamanan dari uang elektronik tersebut agar anggapan-anggapan rumitnya dan mudah ‘dijebolnya’ dari penggunaan uang elektronik terbantahkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline