Lihat ke Halaman Asli

Pranata Riano

Sedang Belajar

Corona dan Duka Kuli Tinta

Diperbarui: 19 Mei 2020   07:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi 

Riuh rendah itu kini nyaris tak terdengar lagi. Berbagai silang pendapat yang kerap menghiasi suasana rapat redaksi seolah lenyap ditengah hiruk pikuk hantaman pandemi Corona virus disease 2019 (Covid-19).

Dalam waktu sekejab, seperti halnya kilatan petir. Wabah Corona mulai menyasar segala sendi-sendi kehidupan. Termasuk di dalamnya perusahaan media. Bak hantaman ombak, pelan namun pasti aktifitas kegiatan jurnalistik mulai goyang akibat terpaan corona.

Meski harus memutar otak agar keberlangsungan jalanannya perusahaan tetap stabil. Faktanya, beberapa usaha media mulai nampak terlihat lesu. Terlebih perusahaan pers yang tak seberuntung media-media dengan jumlah modal besar.

Pada akhirnya perusahaan yang bermain diranah industri pers, mulai memainkan strategi dan pola demi tetap menjaga eksistensi usahanya. Salah satu strategi paling buruk, yakni "menyingkirkan" sebagian para pekerjanya.

Lagi-lagi disini para kuli tinta tersisihkan. Bahkan, dari sekian banyak menjamurnya perusahaan media yang bermunculan dewasa ini. Ternyata belum memberikan kesejahteraan dan upah yang layak terhadap para pemburu berita.

Jelas disini kembali para kuli tinta yang dirugikan. Dari curhatan para pewarta, jangankan berharap memperoleh upah minimum yang ditetapkan masing-masing Kabupaten/Kota. Faktanya sebagian dari mereka belum terdaftar sebagai peserta di BPJS Ketenagakerjaan.

Realitas ini benar adanya. Tidaklah mengherankan banyak dari mereka yang memilih profesi sebagai jurnalis atau apapun istilahnya seolah tak berdaya dengan keputusan pemilik kepentingan. Namun dalam bunyi yang tersembunyi itu, sesungguhnya tersimpan nyanyian duka yang tersingkir.

Meminjam penggalan kata-kata Soe Hoek Gie " Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: 'dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan'. Tanpa itu semua maka kita tidak lebih dari benda,".




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline