Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

Selalu Merasa Nyeri Dada karena "Empty Nest Syndrome"

Diperbarui: 22 September 2019   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasien nyeri dada (dok.pri)

"Nyeri dada kiri beberapa menit, hampir setiap hari, dok. Tekanan darah juga agak naik, dua bulan terakhir ini."Keluh nenek usia 70-an tahun yang wajahnya murung dan sangat memelas seolah ingin segera ditolong diatasi masalah ini.

"Nyerinya saat bekerja atau istirahat, nek?" Tanya saya.

"Tidak tentu, dok. terkadang kalau ada kegiatan malah tidak nyeri dada tetapi kalau sedang santai malah sering nyeri."Katanya dengan memegang-megang bahu sampai dada dan ulu hati.

Gejalanya memang tidak khas serangan jantung apalagi tidak ada nyeri menjalar ke lengan kiri, hanya tekanan darahnya 150/90 mmHg namun si nenek sangat khawatir jantungnya bermasalah maka dilakukan rekam jantung dan pemeriksaan enzim jantung yang hasilnya normal-normal saja.

Malah belakang si nenek mengaku pernah dikateterisasi jantungnya setahun lalu dan penyumbatannya ditemukan hanya dibawah 20 persen dan sudah diobati.

"Ini sejak anak, mantu dan cucu saya pindah ke Jakarta, dok. Tadinya ada teman di rumah dan ada si kecil yang diantar ke sekolah atau belajar dan diurusi namun sekarang pergi." Kata si suami dan ekspresi si nenek pun langsung berubah sedih sekali seperti mau menangis.

"Oh, iya. Mungkin karena pikiran yang sedih, nenek mengalami gangguan di asam lambung dan pembuluh darah koroner di jantungnya menciut sedikit itu pekerjaan sarap simpatis. Jadi sekarang saya kasih obat pengurang asam lambung, pengencer darah dan obat yang dimakan untuk nyeri dada saja saat serangan."

Ada usulan saya untuk diberikan obat antidepresi ringan namun si nenek menolak dan memutuskan lebih banyak berdoa dan khusuk sembahyang saja. 

"Empty nest syndrome" adalah kondisi dimana orangtua menjadi sakit atau sedih berlebihan karena semua anak atau cucu pergi dari rumahnya atau pindah ke lain kota meninggalkan mereka sendirian.

Awalnya ini hanya berupa pikiran yang "mood-nya" menurun dan tidak bahagia namun lama kelamaan juga menimbulkan keluhan organ dalam. Kalau dibiarkan maka bukannya tidak mungkin kelainan organ yang tadinya hanya pikiran si sakit saja, lama kelamaan menjadi kelainan yang nyata.

Pendampingan psikoterapi atau spiritualitas sangat diperlukan untuk pasien ini selain obat depresi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline