Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

Maharnya Berapa, Dok?

Diperbarui: 13 Januari 2018   19:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

"Tidak usah, Om. Kan anak om teman saya..."Jawab Saya pada seorang Pasien yang anaknya teman SMP dan SMA Saya berpuluh tahun lalu.

Terkenang dahulu, pulang sekolah Saya sering mampir ke rumah Beliau, seperti di rumah sendiri, terkadang menumpang tidur siang di sofa ruang tamunya kalau kami ada acara di sekolahan malam misalnya acara perkemahan atau dekorasi untuk hari perayaan tertentu dan otomatis menumpang makan siang disana.

Tetapi saat dia berobat karena usia, dengan penyakit jantung, darah tinggi dan rematiknya, si om masih menanyakan pertanyaan yang sangat fenomenal itu, berapa maharnya.

"Itu syarat, Dok. Saya tidak tenang kalau berobat tidak membayar, walau sedikit. Harus ada."Lanjutnya dengan serius. Padahal tekanan darahnya sudah bagus di 120/80 dan gejala nyeri sendinya sudah berkurang karena sudah rutin berenang dan meminum susu yang mengandung tinggi calcium dan glucosamin.

"Dua puluh ribu saja, Om. Daripada jadi tidak enak Om-nya..."Kata Saya.

Dan dia pun memberikan uang 20 ribu itu dengan sangat bahagia sekali, berbeda saat saya bilang tidak usah bayar. Seperti ada keyakinan di hatinya resep yang saya berikan akan memberi manfaat kepadanya dan dia tidak ada hutang budi atau hutang apapun kepada saya, dokternya, yang dahulu sering main ke rumahnya, mengacak-ngacak kamar anaknya, mengambil makanan di kulkas rumahnya dan menumpang mandi di rumahnya.

Ini termasuk psikoneuroimunologi, ada energi positif yang muncul saat seorang Pasien merasa yakin akan sesuatu atau energi negatif kalau dia merasa ketakutan akan sesuatu, dari emosi ini akan membuat impuls ke saraf otonom dan fungsi endokrin dan menimbulkan reaksi-reaksi imunologis, fisiologis tertentu ke organ organ vital seperti otak, jantung, ginjal, pankreas, paru-paru dan pencernaan.

Mahar atau uang jasa yang saya anggap sepele dan mau saya gratiskan pada orang yang saya anggap sangat berjasa pada diri saya semasa sekolah ternyata bagi si Pasien adalah syarat yang wajib hukumnya kalau berobat. Kalau tidak diberikan, maka dia merasa tidak puas dan tidak ikhlas sendiri karena pandangan hidupnya yang anti gratisan dan mengerti bahwa mahar itu wajib di bidang-bidang tertentu.

Jadi mahar bagi sebagian orang itu wajib pada kondisi tertentu dan kalau itu tidak dikasih maka dianya sendiri yang takut kena bala. Jadi, jangan selalu antipati dengan orang yang meminta mahar, kalau memang itu sudah 'adat istiadatnya' di komunitas tertentu, salahkan si orang yang mau masuk di komunitas itu tetapi tidak siap dengan syarat dan ketentuan mahar yang berlaku.

dari FB Kompal




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline