Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

Inilah Alasan Pasien Pasca Kemoterapi Dianjurkan Jarang Dibesuk

Diperbarui: 13 Agustus 2017   16:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Shutterstock

"Dok, pasien yang baru masuk siang tadi demam, suhunya 40,2 derajad Celcius." Lapor perawat jaga sore hari.

"Hasil pemeriksaan darahnya sudah ada?" Tanya saya.

"Ada, Dok. Hemoglobinnya 9,2, trombositnya 56 ribu, dan leukositnya hanya 960..." Jawabannya membuat kaget, karena leukosit atau sel darah putih manusia itu normalnya diatas 5000 sampai 10 ribuan per milimeter kubik darah untuk dapat menangkal penyakit infeksi dari luar tubuh ataupun dari tubuh sendiri.

Pasien kritis (dokumentasi pribadi)

Rupanya pasien ini seminggu sebelumnya menjalani kemoterapi (terapi anti kanker) di rumah sakit yang memiliki fasilitas dan dinyatakan boleh pulang. Setelah dua hari di rumah, mulai demam, muntah-muntah, dan tidak mau makan sedikitpun sehingga keluarga membawa pasien ke rumah sakit.

"Yang membesuk banyak sekali, Dok. Pasien ini sepertinya tokoh masyarakat dan keluarga besarnya bergantian membesuk di rumah dan di rumah sakit, bisa dua puluhan hari ini." Lapor perawat jaga ketika saya 'visite'.

"Nah, tolong pasien ini pindahkan ke ruang isolasi saja dan tulis di depannya larangan membesuk." Kata saya, ini untuk kepentingan pasien lelaki usia tujuh puluhan tahun itu.

Si pasien lalu diberikan antibiotik yang kuat, obat penurun panas dosis tinggi serta obat perangsang pertumbuhan sel darah putih dan trombosit yang harganya satu botol kecil kurang lebih satu juta sebanyak 3 buah, satu kali sehari. Dan di hari keempat diperiksa sel-sel darahnya sudah normal, suhunya membaik.

Nama kasus 'febrile netrophenia' ini, terjadi akibat obat kemoterapi yang ditujukan membunuh sel-sel kanker juga menghancurkan sel-sel tubuh seperti komponen darah, terutama sel darah putih dan trombosit. Dengan leukosit dibawah 4000, maka si pasien sangat mudah infeksi, berujung kepada sepsis, sementara dengan trombosit dibawah 100 ribu, si pasien mudah terjadi pendarahan, padahal sel kanker itu sendiri biasanya jaringan yang berdarah-darah.

Pembesuk dengan niat yang tulus dan penuh cinta kasih mungkin ingin kehadiran mereka dengan membawa pisang, roti kaleng, serta oleh-oleh lain akan membuat si pasien bersemangat dan cepat sembuh. Namun kebersihan pakaian mereka, tangan untuk berjabat tangan, bersin dan batuk mereka jika ada gejala radang napas, sebenarnya sangat cepat menularkan bakteri atau virus ke pasien.

Maka dari itu, untuk pasien-pasien yang rentan infeksi seperti paska kemoterapi, diabetes, HIV-AIDS, lupus atau asma berat yang perlu anti radang, sebaiknya jangan dibesuk atau kalau toh mau dibesuk, yakinkan pakaian dan badan pembesuk bersih serta memakai masker.

dari FB kompal




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline