Lihat ke Halaman Asli

Harmonis

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Johnson Dongoran

Tadi pagi aku lihat sepasang suami istri mencuci mobil pickup

di halaman rumah mereka yang tergolong sempit

“Betapa harmonis mereka berdua

mencuci mobil second hand yang baru mereka beli”, pikirku

Ada kemajuan atas kepemilikan aset keluarga

yang kulihat dibanding hari-hari sebelumnya

Sahabat lama yang kini jadi tetangga kami menurut penilaianku juga hidup harmonis

Sang suami selalu mendapat topangan dari istri dalam pekerjaan

sehingga lembaga yang mereka dirikan beberapa tahun lalu berkembang pesat

Sang istri juga membantu suami berdiskusi, mengetik dan mengedit disertasi suami

hingga sang suami jadi doktor baru-baru ini.

Suami sebaliknya menjadi teman berdiskusi yang sepadan bagi istri

dalam penyelesaian penulisan master thesis sang istri

dan dalam membicarakan pergumulan kehidupan setiap hari

Istriku pernah berkata “Cuekin aja dulu suamimu”, ketika sang suami tertekan

tetapi sang istri menjawab “Tidak”

“Aku bangga pada suamiku atas apa yang ia lakukan bagi keluarga kami dan bagi masyarakat

Kini ketika ia down, aku harus menopangnya,

aku tidak mau membiarkannya memikirkan sendiri apapun yang membuatnya tertekan”

Aku ingat dua teman sekantorku

yang masing-masing memiliki istri yang sangat cekatan

membantu suami mendokumentasikan semua karya suami

sehingga sang suami cepat naik pangkat dan naik golongan dan menjadi Profesor

Benar kata pepatah:

“Di balik karir suami yang cemerlang

ada peran istri yang luarbiasa dan terus-menerus menopang suami”

Mungkin benar komentar istriku yang mengatakan:

“Kelihatan harmonis dari luar dan pantas diteladani dalam berbagai aspek kehidupan

walau senyatanya ada pergumulan mendalam antara suami dan istri

yang sengaja ditutupi agar tidak ketahuan”

yang dalam pepatah Batak disebut “Mengkel di sihapataran, tangis di sihabunian”

Dan karena itu,

aku punya keyakinan tentang begitu banyak suami yang merindukan topangan istri,

dan begitu banyak istri yang merindukan topangan suami

agar dapat harmonis bahu-membahu menyelesaikan satu demi satu

pergumulan hidup pribadi dan pergumulan hidup kerluarga

Memang kadang diperlukan kehadiran pihak ke tiga

untuk menyadarkan suatu pasangan tentang potensi suami-istri dalam keluarga

yang kalau dipadukan secara harmonis

akan menjadi kekuatan ril luar biasa

yang dapat memperbaiki keharmonisan dan kesejahteraan keluarga

Catatan: "Mengkel di sihapataran, tangis di sihabunian" (Bahasa Batak) = Pribahasa Suku Batak yang berarti tertawa di depan umum tetapi menangis ketika sendirian.





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline