Lihat ke Halaman Asli

Fathan Winarto

History and Theology Story-Teller

Sunda Dulu atau Jawa Pertama? #1

Diperbarui: 19 Maret 2020   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judulnya memang terkesan rasis, tapi tulisan ini akan lebih mengandung substansi sejarah ketimbang opini. Saya tidak bermaksud membesarkan atau mengecilkan pihak manapun, tapi ulasan dibawah murni berdasar sejarah.

Sebelum melanjutkan, saya mau mengingatkan bahwa artikel bersambung ini memang beberapa berdasarkan sumber sejarah kontroversial. Saya hanya ingin membagi pengetahuan, percaya atau tidak urusan pembaca. Bisa dipertanggungjawabkan kah? Ya bisa. Saya bisa mencantumkan buku referensi saya, adapun ternyata buku itu salah itu perkara lain.

Mari kita masuk ke artikel pembahas judul yang saya angkat.

Banyak teori yang berkicau tentang seperti apa kehidupan manusia berawal terbentuk di indonesia. Ada yang bilang migrasi Yunan, ada yang bilang Indonesia memang suku bangsa asli di kepulauan. Tapi saya tidak akan mengajak anda berangkat menyusuri tulisan ini lewat teori itu.

Mari kita kesampingkan masa gelap berambiguitas tinggi. Kita pindah ke masa yang setidaknya sudah diterangi cahaya walaupun seredup lilin yang tak diganti selama 5 hari. Kita berangkat dari abad ke 1 M.

Apa yang ada di benak anda? Mohenjodaroo? Peradaban agung Tiongkok dengan kaisarnya? Atau malah kebudayaan sejenis Romawi yang ekspansif? Tidak semuanya, indonesia belum sebaik itu di masa ini.

Walaupun secara arsitektur belum semaju itu, tapi sebenarnya Indonesia memilih ilmu lain untuk dikembangkan. Pelayaran.

Berbeda dengan kekaisaran Ghana yang terkurung daratan Mauritania, Indonesia di abad pertama sudah punya "Lapangan Main" seluas samudra. Mereka dengan lihai melintasi laut laut sempit pemisah kepulauan, bahkan dengan penuh semangat melintasi samudra Hindia untuk sampai ke India. Nenek moyang kita seorang pelaut!

Memang agama dan filsafat agama ketika itu belum berkembang sebagaimana Cina yang sudah punya aliran filsafat dan ilmu pengetahuan yang cukup mumpuni, Indonesia masih percaya bahwa Roh Nenek moyang adalah sesuatu yang terhormat dan patut disembah.

Mereka juga masih percaya dengan kekuatan Gaib yang berasal dari aura mistis bangsa lain yang berbeda agama. Mereka menganggap tiap agama punya aura dan kekuatan masing masing, dan mereka tidak memandang penyatuan Aura (peleburan agama) suatu kesalahan. Mereka sudah menjunjung tinggi toleransi dengan caranya sendiri.

Leluhur dulu memandang penyatuan Aura spiritual adalah ide bagus untuk memajukan masyarakat kecilnya, tersebutlah Aki Tirem. Seorang pembesar masyarakat yang tinggal di ujung jawa bagian barat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline