Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Gandum dan Ilalang

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seperti di ujung sebuah pagi

saat penggarap-penggarap kebun mengangkat sabit

hendak menyiangi tunas-tunas ilalang di antara tunas-tunas gandum.

Namun pemilik kebun nan bijak cendekia bertitah

“Biarkan keduanya tumbuh bersama,

sampai waktunya tiba.

Panenan gandum dibawa ke dalam lumbung

dan ilalang ke lubang pembakaran.”

.

Demikian pula hakikat manusia.

Kita adalah malaikat sekaligus iblis,

kita adalah terang dan gelap,

siang dan malam,

kita adalah merpati sekaligus ular beludak.

Di dalam hati kita tumbuh kebaikan pula kejahatan.

.

Sehingga Tuhan tidak serta merta melaknat pendosa paling keji,

karena dia masih punya gandum yang tumbuh di antara rimbunnya ilalang.

Pula tidak serta merta menyanjung pendeta paling suci,

karena dia pun masih punya ilalang yang tumbuh di antara bulir-bulir gandum.

.

Jika Tuhan saja masih memberi kesempatan kepada orang jahat untuk bertobat

Mengapa kita mengangkat diri menjadi hakim atas sesama kita?

.

Biarlah tiba saatnya nanti,

masing-masing kita dipanggil ke rumah abadi

untuk mempertanggungjawabkan dosa dan amal di dunia fana ini.

.

Lalu lihatlah,

gandum dipanen dan ilalang dibawa ke tempat pembakaran.

.

________________________

Makassar, dini hari 21 Juli




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline