Lihat ke Halaman Asli

Philip Manurung

TERVERIFIKASI

Pengajar

Membangun Generasi Penyintas Bencana

Diperbarui: 9 Februari 2019   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto bencana di kota Bradford, West Yorkshire, England (sumber: Rex Features)

Ketika masih tinggal di Jogja, seorang keponakan istri saya datang untuk tinggal sementara di rumah kami. Ia, lulusan dari sebuah sekolah internasional di kotanya, hendak mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi. Belum genap satu minggu kami menemukan fakta bahwa dia tidak bisa mengganti tabung gas yang kosong atau memasak nasi!

Fenomena inkompetensi remaja demikian semakin umum ditemui saat ini, terutama di kota-kota besar. Banyak anak tidak dapat melakukan keahlian dasar kehidupan, seperti melindungi diri, mendapatkan air, atau menghidupkan api, sebab sebagian besar fungsi itu telah diambil alih oleh asisten rumah tangga. Padahal, keahlian-keahlian dasar semacam itu amat diperlukan, laki-laki atau perempuan, terutama dalam keadaan darurat.

Memang, ada banyak video yang mengajarkan survival-skill tersedia di kanal-kanal youtube. Beberapa dari generasi milenial sebaya keponakan saya itu juga memainkan survival-games, dari yang bertema perburuan, menyelam bawah air, hingga pasca-apokalipsis. 

Namun, pengalaman imajiner yang didapat dari dunia maya dua dimensional tentu tidak dapat dibandingkan dengan keahlian instingtif yang nyata.

Motivasi dan Modal untuk Bertahan Hidup

Beberapa waktu yang lalu kita disajikan sebuah demonstrasi menyintas yang luar biasa. Aldi Novel Adilang, kelahiran Minahasa, terkatung-katung di Samudera Pasifik setelah rumah perangkap ikan terapung yang ditumpanginya terlepas dari tambatan. Alhasil, selama 49 hari remaja berusia 18 tahun itu menyambung hidup dengan makan ikan mentah dan minum air hujan tadahan.

Bila dicermati, sebelum peristiwa naas itu, Aldi sebenarnya telah mengantongi modal untuk menyintas-akut (accute-surviving). Selama tahun-tahun bekerja di tengah laut, ia telah mengembangkan keahlian-keahlian yang jarang dimiliki oleh remaja sebayanya: menangkap ikan, memasak, dan menghemat air minum. Ia belajar lewat pengalaman langsung.

Akan tetapi, modal keahlian saja tidak berguna tanpa ada motivasi untuk bertahan hidup. Pengharapan akan masa depan yang lebih baik mendorong Aron Ralston memotong lengannya yang terjepit batu dalam suatu pendakian di Utah tahun 2003. Setelah 127 jam, ia berhasil keluar dan mendapat pertolongan.

Iman adalah motivasi lain untuk bertahan hidup. Seorang yang menyadari bahwa hidup adalah anugerah ilahi akan menghargai dan berusaha mempertahankan hidup itu. Menurut keyakinan agama, bunuh diri otomatis menjadikan seseorang kafir. Remaja Aldi mengurungkan niat bunuh diri setelah membaca-baca Alkitab.

Alternatif Mitigasi Bencana Pra-Kuratif

Tahun lalu saudara-saudara kita di Palu dan Donggala terlibat dalam perjuangan untuk bertahan hidup setelah dilanda sepaket gempa dan tsunami. Siaran-siaran berita melaporkan kegagapan masyarakat dan pemerintah daerah dalam menghadapi bencana. Kepanikan menghasilkan kekacauan sehingga pada gilirannya mengganggu kelancaran penyaluran bantuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline