Lihat ke Halaman Asli

Aam Permana S

ihtiar tetap eksis

Sedikit tentang Kiai yang Kukenal

Diperbarui: 1 September 2018   22:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesantren Cikalama/dok penulis

Walau saya bukan santri, tapi saya sering berkunjung ke pesantren. Ketika remaja, saya misalnya kerap datang ke Pesantren Cikalama, Kecamatan Cimanggung, Sumedang.

Di salahsatu pesantren tua di Sumedang berlatar NU itu, saya kerap menimba ilmu dari kiai pengasuhnya. Ilmu yang saya maksud tentu tentang hidup dan kehidupan, untuk pegangan saya dalam berkeluarga dan bermasyarakat.

Ketika saya berada di Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar selama beberapa tahun karena tugas perusahaan,  saya pun sering berkunjung ke pesantren tua berbasis NU dan selalu sowan ke pengasuhnya.

Di Ciamis, saya cukup kenal dengan (almarhum) KH. Irfan dari Pesantren Darussalam, dan di Kota Banjar, saya sering ke Pesantren Cibeunteur dan berkenalan dengan beberapa pengasuhnya. Pesantren Cibeunteur pun, sama dengan Darussalam, berbasis NU.

Kalau ada waktu, saya pun sengaja sowan ke para kiai NU di Kabupaten Garut yang memiliki pesantren ternama. Tujuan saya sama: ingin menimba ilmu agama dari mereka.

Terus terang, ketika bertemu dan ngobrol dengan para kiai atau para guru itu, batin saya tentram. Saya nyaman. Beban hidup mendadak sirna. Kebencian kepada seseorang atau sesuatu pun hilang entah ke mana.

Betapa tidak. Karena para guru yang saya kenal itu, kalau bicara selalu lemah lembut. Selain lemah lembut dan tenang, isi ucapannya pun menentramkan.

Selama saya kenal mereka, mereka tidak pernah menyombongkan keilmuannya yang tinggi itu. Padahal jika melakukannya, siapapun tidak akan menyanggahnya atau mendebatnya.

Mereka pun belum pernah terdengar membicarakan orang lain apalagi menyangkut kekurangannya. Mereka selalu mengalihkan pembicaraan jika dalam sebuah kesempatan saya meminta pendapatnya tentang seseorang atau pemerintahan.

Saya tahu, dari kiai yang saya kenal itu ada yang dirayu masuk partai dan ditawari kedudukan tertentu oleh pemerintah daerah.  

Namum tawaran itu, yang saya tahu, umumnya mereka tolak dengan halus. Alasannya, mereka khawatir tugasnya sebagai pimpinan pesantren terganggu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline