Lihat ke Halaman Asli

Yudha Adi Putra

Penulis Tidak Pernah Mati

Bukan Masalah Busi

Diperbarui: 30 November 2023   20:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bukan Masalah Busi

Cerpen Yudha Adi Putra

Setelah melewatkan waktu bersama, Radi merasa ada yang berbeda. Kecewa mungkin menjadi gambaran perasaannya. Melewatkan waktu untuk menghampiri Supri, tapi terlewat begitu saja. Tidak jadi menghampiri, hanya karena lupa dan tidak menyenangkan. Entah apa yang ada dalam benak Radi. Hanya terburu begitu saja, waktu janjian menjadi dilupakan. Kekecewaan muncul, setelah sampai di tempat dan merasakan kalau Supri adalah teman Baskoro. Salah seorang dari pengajar Radi, entah dunia memang sempit atau kesempatan tak dapat dua kali. Bentuk pertolongan memberikan momotan permasalahan tersendiri. Karena merasa dikhianati, Supri sedikit memberikan informasi. Memilih diam.

"Baru kali ini. Semua penjelasan menjadi tidak berarti, malam berlalu begitu cepat. Penyesalan tiba begitu saja, menjadi persimpangan. Aku harus minta maaf dan menjelaskan," gumam Radi dalam perjalanan menuju tempat Suro.

Suro dalam tawa menyambut Radi. Tak ada yang berbeda sebenarnya. Tetap saja pada langkah membawa kesan. Kelak, setiap kedatangan menjadi ruang jumpa. Pada perbedaan, setiap tindakan akan menjadi kekesalan.

"Ada apa dalam hidup membawa pertanyaan? Tidak semua harus dijawab. Kesal boleh, tetap mencoba berjumpa dalam hidup. Semacam tindakan, tidak boleh menjadi riang saja," ujar Suro.

Kemudian waktu berjalan begitu cepat. Berganti menjadi siang dan malam. Langkah akan mendatangkan kesal. Membagi waktu dengan perjumpaan lain. Tidak hanya egois pada kepentingan diri sendiri.

***

Di tempat lain, Supri asyik menulis puisi. Menukar banyak hal berbeda. Menulis kegelisahan karena tidak ada kepentingan. Bukan karena tak mau berkomunikasi, ada jeda untuk menukar cerita. Menjadi bahan untuk membicarakan keinginan.

"Tindakan Radi untuk tidak memberi informasi itu semacam penantian akan sia-sia. Tuhan bisa berkarya melampaui apa yang dianggap biasa. Bisa jadi kekecewaan malah menyelamatkan dari kebimbangan. Melangkah dan terus menulis menjadi keputusan baik," gumam Supri dalam langkah menuju pohon mangga.

Tidak ada yang mengira, sore menjadi kesempatan untuk datang. Menukar banyak hal yang baru dengan kepentingan untuk belajar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline