Lihat ke Halaman Asli

SORGHUM: Pahlawan Pangan dari NTT yang Terlupakan

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

135458994910399784

Dengan thema pada perayaan hari pangan sedunia ”Agricultural Cooperatives - Key to Feeding The World“, dengan semangat, “Agro Industri Berbasis Kemitraan Petani Menuju Kemandirian Pangan”. Menjadi sebuah pondasi untuk melangkah. Gayung pun bersambut dengan beda kemasan sesuai kearifan local cultural di daerah maka Bupati Lens Haning dengan Program Unggulannya “Lakamola Anan Sio” telah berjalan selama kurang lebih 4 tahun ini akan teruji dan terbaca dalam visual maupun tutur pujian saat “issue”ini di canangkan secara nasional.

Jujur ancaman bencana akibat gagal panen masih terus membayangi daerahdaerah yang rawan kekeringan, dimana ketergantungan terhadap curah hujan sangat tinggi, oleh sebab itu kita perlu mengembangkan pola diversifikasi dan ekstensifikasi pangan. Masalah gagal panen dan kesiapan cadangan pangan daerah jangan dianggap sepeleh sebab sangat sensitive, biasnya terhadap stabilitas sector lainnya sangat besar. Dampaknya sistemik, biasnya merembes ke sector lain seperti instabilitas Politik, Sosial dan Keamanan, lingkup kerawanan bisa melebar menjadi konflik. Persoalannya dari kenaikan yang muncul sebagai akibat makin menurunnya persediaan pangan patut diwaspadai.

Solusinya adalah mensiasati musim dengan kiatkiat Inspiratif, Inisiatif, kreatif dan inovatif dari pemerintah dalam menciptakan program yang berbasis pertanian sesuai dengan kearifan local cultural, dengan memanfaatkan potensi hayati juga keunggulan geografis dan topografis daerah dengan membudidayakan tanaman umur pendek yang potensial dikembangkan sebagai alternatif bahan pangan. Nilai gizinya lengkap dan prospek bisnisnya pun cerah. Sebab dimasa depan sector pertanian akan kembali menjadi tumpuan kehidupan masyarakat global. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa kedepan seluruh daerah akan mengalami defisit pangan sehingga daerah yang menjadikan lahan pertanian sebagai basis ekonomi akan mengalami posisi tawar yang tinggi, sebagai Daerah yang memiliki keunggulan komparatif dibidang Sumber Daya Hayati.

[caption id="attachment_219594" align="alignnone" width="300" caption="pict "]

1354589985748592543

[/caption] Dengan menanam tanaman yang “mudah, murah, tapi nilai jualnya tidak murahan. ”Sorgum Bicolar” adalah jawaban dari semua kecemasan ini, betapa tidak tanaman yang sangat anggun tumbuh subur di daerah yang gersang dan kering ini sangat cocok untuk kawasan Nusa Tenggara Timuryang berkarakter kering, gersang, minim curah hujan dengan sabananya yang luas. Tanaman yang pernah menjadi primadona di era abad ke 19 dari Nusa Tenggara Timursebagai salah satu sumber pokok pangan bagi masyarakatnya itu kini mulai terlupakan sejak mega proyek padinisasi.

Keunggulan dari jenis tanaman ini adalah daya adaptasinya pada berbagai agroekologi (kawasan pantai dan pegunungan), kebutuhan airnya sangat sedikit, sekitar 150-200 mm/ musim (setengah dari kebutuhan jagung, sepertiga dari kebutuhan air tebu), tahan pada lahan yang marjinal (lahan masam, asin, dan basa), dapat tumbuh pada kemiringan lereng gunung, lebih tahan pada hama.

Walau tak sepopuler beras, jagung, dan gandum namun bukan berarti tak bernilai bisnis. Mendapat predikat “Multifungsi” karena semua bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan maksimal sebagai bahan pangan, pakan ternak, bioetanol, bahan baku industry, souvenir, dan obatobatan. Bahkan bisa mensubtitusi kedudukan Beras, Jagung dan Gandum karena nilai gizinya. Inilah tabel kandungan nutrisi sorgum di banding sumber pangan lainnya menurut penelitian di Universitas Gajah Mada yang di rilis Depertemen Kesehatan.

Unsur Nutrisi

Kandungan/100 g

Beras

Sorgum

Singkong

Jagung

Kedele

Kalori (cal)

360

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline