Lihat ke Halaman Asli

Hilang

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senja memanggil, ketika ku
lihat kau ditrotoar. Melangkah membawa senyum ku suka. Menyapa debudebu jalan, mengakrabkan dengan deru kota. Tetiba kau terhenti di sudut sebuah jalan. Entah apa yang kau lakukan. Dari kesamaran
pandang, kau keluarkan
lembaran rupiah dari saku
dekilmu, untuk sesama. Lalu kau mencium kening nenek renta itu penuh kasih. Dan kau lanjutkan langkah tersisamu membelah hutan beton
pencakar langit.

Petang datang tepat waktu, namun semburat wajah letih itu masih berseri.
Beberapa tikungan hampir
sampai pada peraduan dan aku menunggu di depan pintu, dengan manja kau
menyapaku. "mas, maaf aku belum bisa belikan kursi roda untukmu.",
"tidak apa dik, kau lelah, belum makan? Sana, sekalian ajak adik-adik yang lain.". Selalu seperti itu perbincangan singkat kami dulu dan sekarang selalu ku rindu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline