Lihat ke Halaman Asli

Anwar Effendi

Mencari ujung langit

Kalau Lampu Merah Jangan Berhenti

Diperbarui: 9 Mei 2020   08:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto ilustrasi pengendara motor nekat berhenti di tengah jalan. (foto: dok. pribadi)

Ada nasihat unik atau bisa dibilang nyeleneh bagi pengendara motor yang sering keluar malam hari di Kota Bandung. Nasihat yang tida tertulis dan hanya berlaku dari mulut ke mulut itu menyebutkan, kalau pengendara motor masih  berada di jalanan di atas pukul 24.00 dan mendapati lampu merah di perempatan, jangan berhenti. Lebih baik lihat kakan kiri dan lanjutkan perjalanan.

Saya termasuk yang mendapat nasihat semacam itu. Ketika pindah tugas dari Cirebon ke Bandung, saya sering mendapat giliran kerja pulang malam. Minimal pulang kerja dari kantor pukul 23.00. Kadang lebih dari itu. Maka, teman-teman sekantor pun mengingatkan saya, sebagai orang baru di Bandung, harus tahu, jangan berhenti di perempatan walau lampu menyala merah.

Semula saya pikir itu cuma bahan candaan. Karena pada kenyataannya menerobos lampu merah itu sudah banyak dilakukan banyak orang. Jadi bukan merupakan suatu nasihat. Melainkan perilaku buruk pengendara motor yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain.

"Ingat ya, kalau pulang malam, jangan suka berhenti di perempatan. Usahakan kalau sampai di perempatan dapat lampu hijau. Atau kalau melihat lampu sudah menyala merah dari kejauhan, atur kecepatan motor, biar sampai di perempatan dapat lampu hijau. Kalaupun lupa mengatur kecepatan, terus lampu tetap merah, sudah jalan saja," ujar seorang rekan kantor.

Saya mendapat nasihat itu pada akhir tahun 2004. Karena menganggap itu suatu candaan, maka saya mengabaikannya. Untungnya lagi, saya jarang mendapatkan lampu merah jika melewati perempatan. Jadi belum mendapat efek, kalaupun saya melanggar nasihat dari teman-teman.

Cuma dalam perjalanan, saya suka berpikir, kok kerja begini amat ya. Siang lebih banyak tidur, sore ke kantor, pulang ke rumah malam hari. Orang-orang sudah istirahat dan tidur malam, saya masih kerja. Giliran saya di rumah, para tetangga berangkat ke kantor.

Jadi agak sulit bersosialisasi. Waktu untuk ngobrol-ngobrol dengan tetangga frekuensinya sangat sedikit. Para tetangga juga suka binggung melihat saya pulang malam kadang dini hari.

Namun di sisi lain juga saya merasa beruntung. Jika dalam perjalanan pulang dari kantor, melihat masih ada tukang nasi goreng keliling. Tukang sekoteng mendorong gerobak. Ada juga tukang tambal ban yang buka 24 jam. Mereka malah menjadikan malam hari untuk mencari nafkah. Di situlah saya merasa beruntung. Bisa dibayangkan kalau saya di posisi mereka.

Kembali kepada nasihat teman-teman kantor, yang menyarankan jangan berhenti saat lampu merah di perempatan, sekali waktu saya penasaran menanyakan apa maksudnya. Bukannya jawaban yang didapat, mereka malah senyam-senyum. Tapi saya menangkap, teman-teman memberikan sinyal kalau berhenti di perempatan saat lampu merah sangat berbahaya.

Mulai saat itu saya mulai berhati-hati. Selalu waspada jika melewati lampu merah. Saya juga pernah membaca berita, ada seorang wanita mengendarai mobil jadi korban perampokan di lampu merah Jalan Soekarno Hatta - Jalan Kiaracondong. Korban waktu itu berhenti saat lampu merah, kemudian didatangi kawanan perampok. Korban yang tidak berdaya akhirnya dibawa berikut mobilnya ke arah jalan Tol Purbaleunyi.

Wah seram juga pikir saya. Tindak kriminal di lampu merah cukup menakutkan. Dari kejadian perampokan itu saya mulai khawatir kalau pulang malam. Selalu diusahakan mendapat lampu hijau kalau melewati perempatan. Entah mengapa, sekali waktu saya seperti lupa, untuk mengatur laju motor. Sehingga di perempatan mendapati lampu merah dan berhenti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline