Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com

Johnny Plate Lindungi Ekosistem Game, Bagaimana Tuntutan Warga?

Diperbarui: 23 November 2021   21:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Johnny Plate: Kompas. com

Kominfo Lindungi Ekosistem Game, Bagaimana Tuntutan Warga?

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny Plate mendukung pemerintah untuk mendongkrak ekosistem industri game Tanah Air. Melalui penyelenggaraan Indonesia Game Developer Exchange (IGDX) 2021, Kemkominfo berupaya mendorong industri game nasional menguasai pasar dalam negeri dan luar negeri.

"Kami ingin melihat para pelaku industri game dalam negeri dapat menguasai pangsa pasar yang lebih besar di negeri sendiri, dapat menciptakan produk-produk gim yang bisa bersaing dengan game developer global," ujarnya melalui rekaman video dalam IGDX 2021 Conference di Kuta, Bali, Senin (22/11) https://www.merdeka.com/teknologi/menkominfo-pelaku-industri-game-lokal-mampu-kuasai-pasar-negeri-sendiri.html.

Beberapa bulan lalu, seorang rekan profesi guru sekaligus bapak, mengeluhkan bagaimana anak-anak, asyik main game sepanjang waktu. Smartphone sudah sebuah kebutuhan primer, kalau PJJ berlangsung. Kemarin juga melihat, cara anak menatap layar, miris, kepala hampir tanpa jarak dengan hapenya.

Dulu, kala sepak bola Indonesia begitu menjanjikan, main bagus, enak dilihat, dan permainan sungguh-sungguh ada pola. Fisik pemain juga terlihat baik, tidak ada yang ngos-ngosan dalam pertandinga. SSB begitu banyak peminat. Orang tua bahkan mengantar dengan rela, mak-mak pun ikut terlibat.

Pemain sepak bola menjanjikan masa depan. Investasi masuk sekolah sepak bola bukan sebuah masalah. sama juga dengan era tahun 60an-70-an, di mana menjadi artis, seniman, atau atlet, mana ada orang tua yang rela hati. Mau jadi apa dengan latihan seperti itu.

Hal  yang sama terjadi, pada era milenial ini. Game bukan barang buruk sebenarnya. Masalahnya adalah paradigma dan sudut pandang dalam melihatnya. Beda generasi, sama dengan orang-orang tua dulu yang melihat artis, seniman, atau atlet mana menjanjikan hidup dan masa depan.

Game sudah masuk jenis olah raga baru yang dipertandingkan dalam gelaran multieven, tiga tahun lalu dalam Asian Games di Indonesia, cabang ini dijadikan ajang mendulang keping medali dari Indonesia.  Memang masih belum cukup familiar dan akrab dengan masyarakat kebanyakan.

Main game ya hanya main-main, buang waktu senggang, dan iseng. Mana ada pemikiran bahwa itu adalah pengembangan diri dan juga profesi bahkan. Hal yang sangat susah dipahami manusia generasi lampau. Lha yang lahir 70-80-an saja masih sering gamang melihat potensi gamer.

Sebenarnya masalah terletak pada waktu yang tersita, padahal harusnya belajar namun main game. Padahal, sama dengan atlet, latihan itu juga seolah membuang waktu bagi yang tidak suka sebagai atlet. Ini soal paradigma dan cara memandang semata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline