Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com

5 Alasan SBY Harus Mengatakan Cukup

Diperbarui: 21 Maret 2021   19:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

merdeka.com

5 Alasan SBY Harus Mengatakan Cukup

Keadaan Demokrat yang kisruh bisa berlarut-larut. Kubu keduanya tidak akan mau jika harus mengalah. Apalagi dari pihak KLB. Susah melihat mereka mau mundur. Bola ada pada pihak AHY, SBY pada khususnya.

Mereka yang bisa mengalah untuk menang. Upaya hukum dan klaim itu sebuah usaha menang atas pihak lain. Ada yang menang dan ada yang kalah. Padahal politik itu dasarnya adalah kompromi. Lihat saja, bagaimana sekarang keadaan itu terpapar dengan jelas. Maunya saling mengalahkan.

Model dan keyakinan hanya ada dua kemungkinan. Kalah atau menang. Padahal sangat mungkin menang-menang, ketika mau saling terbuka dan berkomunikasi. Ada peluang untuk kompromi.

Slogan Pak Beye yang mengatakan 1000 kawan kurang menemukan hakikat dan esensinya. Musuh satu terlalu banyak ada kesempatan untuk dibuktikan. Buktikan.

Nah, ada pada posisi penting untuk menjadi pengambil kebijakan dan mengatakan cukup. Ngeri akibatnya jika mengampil opsi kalah menang. Waktu, tenaga, dana, dan juga nama baik akan tergadaikan. Menang mungkin bisa merasa besar, kalau kalah?

Saya memang tidak pernah memilih SBY, pun tidak setuju dengan model berpolitiknya. Tetapi, toh tidak tega juga jika sampai orang sebesar itu, mantan presiden, harus diseret-seret ke pengadilan. Ingat salah satu pendiri tidak terima dengan adanya perubahan nama pendiri. Ini serius.

Lima alasan SBY-AHY mengatakan cukup

Pertama. Ini menjaga nama besar dan nama baik SBY sendiri. Jangan berpikir mengalah itu kalah. Justru makin besar dan berkibar. Jika memang tidak bersalah, mengalah itu justru mutu pribadi yang besar, agung, dan mulia.

Makin kasar, makin liar, dan tidak lagi terkendali apa yang dilontarkan pihak-pihak yang berseberangan. Miris, memilukan. Apalagi jika sampai ke pengadilan dan berujung penjara.

Kedua, sama-sama Demokrat. Mengapa sih tidak ada islah, rekonsiliasi, dialog dan komunikasi, untuk membangun Demokrat bersama. Toh jika dilihat ada unsur salah dan benar pada kedua sisi dan kedua kubu. Jadikan pelengkap bukan saling meniadakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline