Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com

Masinton dan Ivan Haz, Penegakan Hukum Setengah Hati dan Sikap Parpol atas Perilaku Kekerasan

Diperbarui: 1 Maret 2016   09:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ivan Haz akhirnya merasakan dinginnya sel polisi. Kemarin usai pemeriksaan yang sempat tertunda karena mangkir, dan malah diperparah dengan rumor narkoba, akhirnya ia datang dan masuk tahanan. Nama besar bapaknya dan jabatannya tidak banyak menolong atas pertanggungjawabannya yang diduga melakukan kekerasan terhadap asisten rumah tangganya. Soal narkoba masih negatif.

Kita masih ingat juga, Masinton juga salah seorang anggota dewan yang terhormat diduga melakukan kekerasan terhadap asisten di kantornya. Gambar gadis dengan mata bengkak, menguar di berbagai media, baik media sosial, cetak, ataupun elektronik. Semua menguap dan konon berakhir damai dengan berbagai-bagai pertimbangan, yang jelas sama sekali polisi tidak pernah mengurus hal ini.

 

Sikap PDI-P dan PPP

Dua parpol kuno ini menunjukkan sikap yang jauh berbeda dan bertolak belakang. Sejak awal PDI-P mengajak dan mengarahkan hal ini sebagai kecelakaan agar bisa berakhir damai. Entah dengan intimidasi, entah dengan uang, entah dengan cara apa, yang jelas memang demikian akhirnya, bahwa dewan yang terhormat ini, ironisnya adalah anggota komisi hukum, eh melanggar hukum dan usai tidak ada khabarnya lagi.

Sikap PPP jelas berbeda, bagaimana mereka tidak membela namun menyerahkan penegak hukum untuk menyelesaikan hal tersebut. Tidak mengarahkan ke ranah yang lain (lepas dari faksi yang ada), yang jelas mereka bersikap netral dan taat hukum. Layak mendapatkan apresiasi.

 

Sikap terhadap kekerasan

Sikap terhadap kekerasan yang dipertontonkan oleh korban. Parpol jelas seperti di atas, sikap korban jelas penting ketika melaporkan kepada polisi dan tidak menyerah atas usaha pihak terduga yang tentu akan mengadakan segala upaya untuk dapat lolos. Maaf bukan merendahkan namun justru memberi apresiasi tinggi, seorang asisten rumah tangga lebih bermartabat dari staf ahli anggota dewan yang terhormat. Tentu pribadi yang jauh lebih berpendidikan, lebih memiliki akses pembelaan hukum, dan lebih tahu hak-hak yang bisa diperjuangkan. Namun sikapnya justru jauh berbeda dan bertolak belakang. Ini zaman modern bukan zaman kolonialisme yang menekan, merugikan, dan melakukan tindakan semena-mena kepada “pembantunya” adalah boleh.

 

Kesadaran akan perilaku yang menimpa perempuan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline