Lihat ke Halaman Asli

Daniel Pasedan

Berkeluarga, dua anak

Untung Rugi, Celaka Selamat

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini saya dan kami mendengar serta mengalami kejadian tidak nyaman.

Hari ini sesuai dengan jadwal mengawas ujian akhir saya bertugas mengawas di SMK lain. Anak perempuan saya berangkat sendiri ke sekolah menggunakan angkot, saya tidak sempat mengantar karena harus tiba di lokasi mengawas sebelum ujian di mulai. Perempuan cantikku berangkat duluan, saya masih menikmati secangkir kopi dengan raut wajah dan rasa kurang segar.

Saya berangkat dan pamit sama istri yang masih tiduran lantaran begadang menyelesaikan pesanan baju yang harus diambil pagi ini. Anak lanang masing khusuk tidur dengan mimpi-mimpinya.
Maa.... papa berangkat dulu.

Saya melewati tiga segkolah kejuruan yang juga sedang menghadapi ujian, jalan kecil tidak padat namun pengendara rerata buru-buru. Setelah melewati jalan aspal jelek berlubang plus polisi tidur, saya menarik gas sedikit, tiba-tiba di depan saya ada pengendara motor memotong jalur. Pengendara dengan jaket hitam meluncur hendak belok kanan memotong jalan hendak turun di sekolahnya, persis di depan saya.

Dalam tempo sekejap, saya berpikir. Saya kekiri maka saya nyebur ke sawah yang agak di bawah yang beresiko fatal bagiku. Saya ke kanan maka saya akan menabrak beberapa motor yang melaju kencang di arah berlawanan. Akhirnya keputusan adalah ngerem sebisanya dan membaringkan motor lalu loncat!

Setelah terjatuh dan sama-sama terkapar, saya bangun dan mencoba mengangkat pengendara tersebut yang ternyata adalah siswa peserta ujian nasional. Dalam sekejap berkerumunlah siswa dari sekolah saya. Pak kenapa? tidak apa-apa... ayo kalian lanjut nanti terlambat. Berusaha menghalau siswa-siswa saya untuk menghindari yang tidak perlu.

Siswa tadi ternyata kesulitan untuk berdiri, sepertinya dia mengalami benturan agak keras dan beberapa bagian tubuh berdarah. Saya menghela nafas dan berupaya untuk tetap tenang.
Kamu tidak apa2? Maaf pak... saya tadi keliru.
Tidak apa-apa... lain kali tidak boleh terjadi lagi, hati-hati dan selalu perhatikan kondisi jalan. Jalan bukan milik sendiri, ada orang lain.

Saya lanjutkan perjalanan. Alhasil saya terlambat. Saya meminta salah seorang panitia untuk mencarikan minyak tawon. Bagian memar dan terkelupas di kaki kanan saya olesi sambil menikmati rasa perih. Rada pincang dan tidak nyaman.

Hal berikut setelah sampai di rumah, saya mendapati anak lanang sedang bermain sambil nonton cartoon. Mana mama? itu lagi tidur, capek.

Saya masuk ke kamar dan menyaksikan perempuanku tengkurap sambil terisak. Saya menghela nafas dan berpaya tetap tenang.
Maaaa.... kamu kenapa?... sambil terisak dan berupaya tuk bangkit duduk, sssttttt... gak usah gitu, sambil membujuk agar tenang.

Ada apa maaaa... Sambil menangis, Bu de Rina sudah meninggal....!
Bude Rina adalah kakak perempuan mertua yang merupakan bagian dari Srimulat. Ada berbagai kenangan indah yang beberapa bulan lalu terjadi antara Bude Rina dengan perempuanku. Bahkan mereka berencana untuk ketemuan lagi pada lebaran tahun ini. Terutama saya yang belum pernah bersua dengan Almarhuma.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline