via
Menjaga Asa di Tengah Surutnya Keyakinan Ekonomi
Survei Bank Indonesia (BI) pada Agustus 2025 menunjukkan tren yang memprihatinkan. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) turun ke level 105,1, terendah sejak April 2022. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) bahkan masuk ke zona pesimis empat bulan berturut-turut, menandakan masyarakat menilai pekerjaan semakin sulit dicari. Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menegaskan kondisi serupa : jumlah pengangguran meningkat menjadi 7,28 juta orang, dengan porsi terbesar dari generasi muda.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) memang masih di atas 100, berada di level 117,2. Secara teknis ini berarti konsumen masih dalam area optimis. Namun tren penurunannya jelas memberi sinyal harapan masyarakat perlahan terkikis. Dalam konteks ekonomi Indonesia yang sangat bergantung pada konsumsi domestik - lebih dari 50% Produk Domestik Bruto (PDB) - pelemahan keyakinan konsumen dapat menjadi alarm serius.
Jika kita menurunkan sorotan ke daerah, misalnya Jawa Timur dan Malang, gambaran itu terasa lebih nyata. UMKM silih berganti tumbuh tetapi jarang ada yang bertahan lama. Pasar terasa stagnan. Banyak warga menahan belanja, memilih penghematan sebagai strategi bertahan hidup. Pedagang kecil mengeluh karena barang pokok saja semakin sulit laku, apalagi produk sekunder atau tersier. Ada semacam "palu gada kemandegan" yang tak mudah dijelaskan, tetapi jelas terasa di lapangan.
Lalu, bagaimana cara terbaik menanggulangi problema ini? Apa langkah strategis yang bisa dilakukan agar keyakinan masyarakat bangkit kembali, UMKM dapat bertahan, dan ekonomi lokal maupun nasional bisa bergerak maju?
1. Membangun Lapangan Kerja yang Nyata, Bukan Sekadar Janji
Persoalan inti dari melemahnya keyakinan ekonomi terletak pada lapangan kerja. IKLK yang berada di zona pesimis menunjukkan keresahan mendasar: masyarakat merasa sulit memperoleh pekerjaan yang layak. Data BPS membuktikan generasi muda menjadi korban utama, dengan 3,55 juta pengangguran berasal dari kelompok usia 15 - 24 tahun.
Untuk itu, pemerintah pusat maupun daerah harus fokus pada penciptaan lapangan kerja yang nyata. Bukan sekadar retorika kampanye, tetapi benar-benar menyediakan peluang kerja yang terukur.
Ada beberapa Langkah : Meningkatkan investasi padat karya. Pemerintah perlu memberikan insentif pajak dan kemudahan perizinan bagi industri manufaktur, pertanian modern, dan infrastruktur dasar yang menyerap tenaga kerja besar; Mendorong ekonomi hijau dan digital. Dua sektor ini memiliki potensi besar untuk generasi muda. Ekonomi hijau misalnya melalui energi terbarukan, pengelolaan sampah, dan pertanian berkelanjutan. Sementara ekonomi digital bisa difokuskan pada start-up lokal yang berhubungan dengan kebutuhan riil masyarakat; Kemitraan dengan swasta dan kampus. Lulusan perguruan tinggi di Malang cukup banyak. Kolaborasi pemerintah, industri, dan universitas dapat membuka ruang magang berbayar serta inkubator bisnis agar mahasiswa tidak langsung terjebak menjadi penganggur terdidik.
2. Menguatkan UMKM Sebagai Penopang Utama